Surplus perdagangan turun menjadi USD7,34 miliar pada Kuartal-I 2024, penurunan sebesar 39,40% (y.o.y), terutama karena penurunan ekspor yang lebih signifikan dibandingkan dengan impor.
Perlambatan ekspor dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti perlambatan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas yang lebih rendah. Secara bersamaan, terjadi aliran keluar modal dari pasar obligasi Indonesia, dengan USD1,89 miliar keluar selama kuartal pertama, kemungkinan karena perubahan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve AS dan ketidakpastian geopolitik global.
Aliran keluar modal ini, bersama dengan pelemahan Rupiah yang turun 2,96% (y.t.d) pada akhir Maret 2024, menunjukkan tekanan yang terus berlangsung pada stabilitas eksternal Indonesia. Penurunan cadangan devisa, yang turun hampir USD6 miliar sejak Desember 2023, menekankan tantangan dalam menstabilkan mata uang.
"Melihat ke depan, Indonesia menghadapi tantangan untuk mengelola risiko dari pasar global yang tidak stabil, menyoroti perlunya manajemen kebijakan ekonomi dan moneter yang hati-hati untuk menghadapi tekanan eksternal ini," jelas Riefky.
Tetapi, kondisi perekonomian domestik dipenuhi berbagai peristiwa selama tiga bulan pertama tahun 2024. Penyelenggaraan Pemilu, dibarengi dengan adanya beberapa periode libur panjang memiliki potensi untuk mendorong tingkat konsumsi secara umum.