"Kalau kualifikasi pendidikan sebenarnya match-match saja (dengan kebutuhan pekerja). Ini isunya soft skill yang agak kurang," katanya.
Di satu sisi, dia menilai Gen Z lebih kurang cocok untuk masuk dalam industri manufaktur atau pekerja buruh pabrik. Mereka dinilai lebih cocok untuk menggarap pekerjaan yang bersangkutan dengan digital seperti konten kreator, live streaming, dan lain sebagainya.
Namun, Surya memaparkan posisi pekerjaan untuk Gen Z tersebut saat ini belum cukup mendominasi dari sisi lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Industri pengolahan masih memimpin serapan tenaga kerja terbesar hingga 96.447 orang, disusul sektor perdagangan 54.885 orang, dan sektor teknologi dan komunikasi 33.043 orang per 4 September 2025.
"Jadi Gen Z ini juga harus bisa menyesuaikan dengan pekerjaan yang akan dia kerjakan nanti. Mau tidak mau, harus. Jadi bukan pekerjaan yang menyesuaikan karakter Gen Z, tapi seharusnya Gen Z ini yang menyesuaikan keperluan karakter yang ada di perusahaan," ujarnya.
(Dhera Arizona)