sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kendalikan Inflasi di Wilayah Jawa, Ini yang Dilakukan BI dan Pemda

Economics editor Eka Setiawan/Kontri
15/08/2024 07:19 WIB
Fokusnya adalah digitalisasi sebagai program unggulan pengendalian inflasi daerah (SENOPATI).
Kendalikan Inflasi di Wilayah Jawa, Ini yang Dilakukan BI dan Pemda (FOTO:Dok Ist)
Kendalikan Inflasi di Wilayah Jawa, Ini yang Dilakukan BI dan Pemda (FOTO:Dok Ist)

IDXChannel – Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah pusat dan daerah mengambil dua fokus dalam upaya pengendalian inflasi di wilayah Jawa. 

Fokusnya adalah digitalisasi sebagai program unggulan pengendalian inflasi daerah (SENOPATI) dan sistem pengelolaan transaksi keuangan di Badan Usaha Milik Petani/Daerah (BUMP/BUMD) bernama SEMAR.

Fokus itu diambil mengingat saat ini upaya pengendalian inflasi menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya; peningkatan alih fungsi lahan, anomali cuaca akibat La Nina, disparitas rantai pasok dan berbagai risiko global.

Aplikasi senopati ditujukan untuk membangun konektivitas data dan informasi guna memantau produksi dan harga pangan secara real-time. Sementara aplikasi Semar akan mengoptimalkan manajemen keuangan petani dan efektivitas rantai pasok komoditas pangan.

Kedua aplikasi tersebut diharapkan dapat memperkuat manajemen usaha tani BUMD dan BUMP, optimalisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) serta hilirisasi pangan.

Program unggulan ini dicanangkan dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) wilayah Jawa dengan tema "Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas" yang digelar di Kota Semarang, Rabu (14/8/2024).

“Wilayah Jawa berperan strategis sebagai sentra produksi pangan utama nasional seperti beras, aneka cabai dan bawang merah,” kata Kepala Departemen Regional BI Arief Hartawan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/8/2024).  

Inflasi tahunan wilayah Jawa pada periode Juli 2024 tercatat sebesar 2,10 perseb (yoy), masih di bawah inflasi nasional yang sebesar 2,13 persen (yoy), dan tetap terjaga dalam kisaran target 2,5±1 persen (yoy). Namun, tantangan penurunan luas lahan dan anomali cuaca di wilayah Jawa perlu terus dicermati.

Berdasarkan data BPS, penurunan luas lahan pertanian di Indonesia mencapai sekitar 238 ribu hektare di mana sekira 60 persennya terjadi di wilayah Jawa.

Hal ini mendorong pentingnya sinergi dan pemanfaatan data terintegrasi seperti yang dihasilkan aplikasi SENOPATI dan SEMAR, untuk memetakan lahan-lahan potensial, merumuskan strategi penguatan hilirisasi, dan keseimbangan pasokan sehingga ketahanan pangan yang berkelanjutan dapat terwujud.

Bank Indonesia meyakini sinergi dan kolaborasi dari seluruh TPID di Wilayah Jawa maupun nasional yang adaptif dan inovatif, mampu mewujudkan stabilitas inflasi yang terjaga sesuai target inflasi pada rentang 2,5 persen plus minus 1 persen.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan mengapresiasi langkah sinergi dan kolaborasi TPID Wilayah Jawa yang berfokus dalam penanganan inflasi pangan.

“Namun demikian, ketersediaan pasokan antarwaktu dan antarwilayah masih menjadi tantangan utama dalam stabilisasi harga pangan,” katannya yang juga hadir di kegiatan di Semarang itu.

Optimalisasi produktivitas perlu didorong dengan langkah-langkah quick win seperti program IP 300 untuk komoditas padi, penggunaan Proliga Cabai untuk komoditas aneka cabai, dan True Shallot Seed (TTS) untuk bawang merah diyakini dapat memitigasi dampak anomali cuaca pada ketersediaan pasokan.  

Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sumarno mengemukakan GNPIP merupakan bentuk komitmen dan keseriusan kerja sama TPID di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di wilayah Jawa dalam upaya pengendalian inflasi daerah.

“TPID Provinsi Jawa Tengah menindaklanjuti hasil Rakor TPIP-TPID wilayah Jawa melalui sinergi bersama dalam program integrasi dari hulu hingga hilir,” kata dia.

Pada rakor TPIP – TPID wilayah Jawa hari hari itu, telah disepakati 3 langkah strategis. Pertama; peningkatan produktivitas pengan mengatasi anomali cuaca di antaranya dengan penerapan inovasi teknologi budidaya, kedua penguatan produksi di tengah meluasnya alih fungsi lahan dan ketiga penguatan ekosistem pangan yang terintegrasi.  

Beberapa program penguatan produktivitas pangan lainnya juga diusung dalam gelaran GNPIP wilayah Jawa seperti fasilitasi bantuan sarana prasarana kepada 28 gapoktan/pelaku usaha di wilayah Jawa dan program dukungan pembiayaan.

Lebih lanjut sebanyak 13 KAD baru intra Jawa berhasil disepakati malelui peningkatan peran BUMD/BUMP. Pada gilirannya BUMP/BUMD diharapkan dapat mendorong nilai tambah komoditas pangan melalui program hilirisasi. Optimalisasi BUMD dan BUMP selama semester I 2024 juga dilakukan dengan perluasan 147 kios TPID menjadi 924 kios TPID yang tersebar di wilayah Jawa. 

(Kunthi Fahmar Sandy)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement