sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Keran Impor Gula Dibuka, Jeritan Petani Tebu: Produksi Kami Mau Dikemanakan?

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
11/01/2023 12:50 WIB
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluhkan rencana importasi gula yang akan dilakukan pemerintah pada 2023.
Keran Impor Gula Dibuka, Jeritan Petani Tebu: Produksi Kami Mau Dikemanakan? (Foto: MNC Media).
Keran Impor Gula Dibuka, Jeritan Petani Tebu: Produksi Kami Mau Dikemanakan? (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengeluhkan rencana importasi gula yang akan dilakukan pemerintah pada 2023.

Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikoen mengatakan, jika rencana importasi ini tetap dilaksanakan, maka akan menyengsarakan petani tebu lokal. 

"Stok gula kita (di) dalam negeri itu masih cukup," ujarnya di IDXChannel, dikutip Rabu (11/1/2023).

Lebih jauh Soemitro menjelaskan, berdasarkan surat Menteri Perindustrian September 2022, Menteri Perindustrian (Menperin) mengajukan permohonan kepada Menko Perekonomian untuk menambah importasi gula sebanyak 500 ribu ton, meskipun yang diterima saat itu sebanyak 400 ribu ton. 

Menurutnya, jika gula impor itu masuk di dalam volume 2022, maka 400 ribu ton ditambah 1,6 juta ton, artinya Indonesia masih memiliki stok gula konsumsi sebanyak 2 juta ton.

"Jadi sebetulnya stok gula kita dalam negeri itu masih cukup. Tapi masalahnya, jumlah ini mau ditambah lagi menjadi stok akhir kita di 2022," kata Soemitro. 

"Kalau dari perhitungan saya, sisa gula 2 juta ton itu ditambah kurang lebih 1 juta ton, maka 2023 akan ada volume gula (ini kita belum bicara panen dan giling ya), 3 juta ton. Itu cukup untuk dikonsumsi 1 tahun," ujarnya. 

"Lantas produksi kita dari petani tebu yang 2023 ini siapa yang konsumsi atau akan dikemanakan," tambah Soemitro.

Menurutnya, importasi gula oleh pemerintah hanya boleh dilakukan apabila di dalam negeri kekurangan stok gula sehingga mau tidak harus ambil dari luar negeri. 

Selain itu, bisa juga dilakukan untuk keperluan buffer stock. Misalnya, pemerintah khawatir Indonesia akan menghadapi iklim yang tidak menentu atau resesi, maka perlu buffer stock, sehingga perlu impor. Dalam melakukan buffer stock pun juga harus jelas skemanya. 

"Yang harus dikasih juga lembaga pemerintah sebagai pelayan masyarakat jangan kita semuanya dikasih. Jadi siapa yang dikasih harus jelas," tuturnya. 

Kemudian alasan lainnya, yaitu apabila di dalam negeri terjadi lonjakan harga yang sangat drastis. Karena pemerintah tidak memegang cadangan gula misalnya, maka dari itu, pemerintah mengimpor untuk menstabilisasikan harga.

"Sementara semua alasan itu di tahun ini tidak ada. Kita juga tidak ada kelangkaan gula juga," tandasnya.

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement