sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Marak Badai PHK, Perusahaan Tekstil yang Tersisa Tak Mampu Beroperasi Maksimal

Economics editor Muhammad Farhan
01/08/2024 23:00 WIB
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini tengah diguncang badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Marak Badai PHK, Perusahaan Tekstil yang Tersisa Tak Mampu Beroperasi Maksimal. Foto: MNC Media.
Marak Badai PHK, Perusahaan Tekstil yang Tersisa Tak Mampu Beroperasi Maksimal. Foto: MNC Media.

IDXChannel- Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini tengah diguncang badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Situasi tersebut cukup ironis mengingat realisasi investasi di sektor industri manufaktur berhasil tumbuh 24,68 persen year on year (yoy) atau mencapai Rp337 triliun pada semester I-2024.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, mengatakan tren PHK massal terhadap karyawan perusahaan TPT marak di 2023. Hal tersebut berlanjut di 2024, diikuti penutupan pabrik.

"Jadi kondisi PHK di industri TPT itu kemarin dicicil dari karyawan yang di-PHK itu 300 sampai 500 orang. Nah sekarang, sekalian tutup pabriknya," kata Redma dalam Market Review IDX Channel, Kamis (1/8/2024).

Perusahaan TPT yang tersisa dan mampu bertahan saat ini karena cash flow masih mencukupi, di mana tingkat utilisasi atau beroperasinya perusahaan tekstil yang tersisa maksimal berkisar antara 60-70 pesen.

"Bahkan ada yang sampai utilisasinya itu bertahan dengan 30-35 persen saja," kata Redma.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement