"BRICS ini kan blok kekuatan ekonomi dimana negara yg tergabung di dalamnya adalah mitra dagang potensial Indonesia selama ini," terang Bhima.
Meski demikian, Bhima menyebut ada beberapa hal yang perlu dicermati, sebab jika Indonesia bergabung dengan BRICS maka akan dianggap pro China-Rusia.
"Ini cukup problematis, karena ada konsekuensi juga terhadap renggang nya hubungan ekonomi investasi dengan negara barat," jelas Bhima.
Oleh karena itu, Bhima menghimbau pemerintah untuk tetap menjaga politik bebas aktif. Apalagi perang Ukraina dengan Rusia masih berlanjut. Dikhawatirkan akan ada hambatan dagang yang dibebankan ke Indonesia dari negara seperti AS dan Eropa.
"Selain itu sebenarnya kan negara BRICS juga sudah ada di forum G20, kemudian ada ASEAN plus plus juga, dan FORA lainnya. Buat apa terlalu banyak platform kerjasama multilateral sekarang era nya kerjasama bilateral. Indonesia punya kepentingan dengan China ya tinggal negosiasi langsung ke China tidak perlu lewat BRICS. Jadi perlu ditimbang matang-matang," pungkasnya.
(SLF)