Dirinya optimis penyelesaian proyek tersebut juga semakin mengukuhkan posisi Barata Indonesia sebagai satu satunya perusahaan di Indonesia yang mampu melakukan manufaktur dan konstruksi di industri gula dan turunannya.
Barata Indonesia, lanjut dia, sudah melakukan modernisasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku tetes, termasuk mengerjakan fasilitas bisnis hilir yaitu, fasilitas redistilasi Fuel Grade Ethanol (FGE) menjadi Extra Neutral Alcohol (ENA) berkualitas food grade. Fasilitas ini kapasitas 100 KLPD dan unit baru CO2 Plant yang berperan mengurangi emisi karbon.
Di lain sisi, dalam menjawab tantangan bisnis, perseroan bertransformasi menjadi perusahaan yang berfokus pada bisnis manufaktur dan maintenance, Engineering, & Services (MES), hingga equipment supplier pendukung pekerjaan Engineering, Procurement & Contractor (EPC).
Untuk EPC, perusahaan fokus pada pembangkitan, hidromekanikal dan foundry industri komponen dan pemesinan.
Untuk menciptakan daya saing dan ekspansi pasar, perseroan menjalin kerja sama operation dengan mitra strategis yakni Taiheiyo Engineering Corporation, perusahaan asal Jepang untuk lokal konten industri semen dan PT Andritz untuk industri pulp and paper di pasar Asia.
(FRI)