Dengan demikian, pemerintah, khususnya Kementerian ESDM, perlu mengambil langkah proaktif untuk memperluas penerapan teknologi tersebut sebagai alternatif dari impor energi, yang selama ini telah menguras devisa negara.
"Hal itu bisa sebagai alternatif dari impor minyak dan BBM yang hingga pertengahan 2024 telah menguras devisa sebesar Rp126,4 triliun," ujar Defiyan.
Sebagai catatan, saat ini mayoritas PLTU telah menggunakan teknologi co-firing, yang mencampurkan batu bara dengan sumber energi terbarukan seperti serbuk gergaji, sekam padi, dan cangkang sawit.
Pada 2023, pemanfaatan biomassa dalam co-firing menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan mengurangi emisi karbon hingga 1,05 juta ton CO2 dan meningkatkan produksi energi sebesar 1,04 terawatt jam (TWh), Angka tersebut meningkat 77% dibandingkan tahun sebelumnya.
(taufan sukma)