sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pemerintah Targetkan Impor 150 Ribu Sapi Hidup Sepanjang 2025, Pakai Skema Investasi

Economics editor Tangguh Yudha
17/06/2025 23:30 WIB
Pemerintah menargetkan impor sapi hidup hingga 150 ribu ekor sepanjang 2025.
Pemerintah Targetkan Impor 150 Ribu Sapi Hidup Sepanjang 2025, Pakai Skema Investasi. Foto: iNews Media Group.
Pemerintah Targetkan Impor 150 Ribu Sapi Hidup Sepanjang 2025, Pakai Skema Investasi. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Pemerintah menargetkan impor sapi hidup hingga 150 ribu ekor sepanjang 2025. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengatakan langkah ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan nasional terhadap daging dan susu. 

Selain itu juga untuk mendorong peningkatan populasi ternak dalam negeri.

"Tahun ini kita targetkan 100 ribu sampai 150 ribu ekor, dan sampai saat ini sudah lebih dari 20 ribu ekor sapi hidup yang didatangkan ke Indonesia," ujarnya saat dijumpai di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (17/6/2025).

Sudaryono memastikan impor akan dilakukan melalui skema investasi, dan bukan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Jadi ini bukan negara yang mengimpor, bukan pakai APBN. Sekali lagi, tolong ditulis dengan benar. Ini adalah investasi, bukan belanja negara," kata dia.

Adapun para investor yang terlibat nantinya bakal mendirikan fasilitas peternakan di Indonesia. Sapi-sapi impor tersebut akan dipelihara di dalam negeri dan sebagian akan bermitra dengan petani lokal untuk meningkatkan kapasitas produksi domestik.

"Kalau orang investasi bikin pabrik, ini pabriknya tuh pabrik sapi hidup. Jadi didatangkan ke Indonesia, dipelihara, bermitra dengan petani, dan lain-lain. Ini untuk menambah populasi, karena kita memang masih kurang," ujarnya.

Selain peningkatan pasokan daging, kebijakan ini juga diarahkan untuk memperkuat produksi susu nasional. Saat ini Indonesia masih mengimpor sekitar 80 persen kebutuhan susu.

"Presiden ingin kita swasembada, termasuk swasembada susu. Artinya pelan-pelan kita mesti tutup gap 80 persen impor itu. Biasanya investor sudah punya fasilitas pengolahan susu, jadi bukan hanya impor sapi, tapi juga membangun industri pengolahannya di sini," kata Sudaryono.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement