Wamentan pun mengajak seluruh pihak mulai dari pemerintah daerah, guru, hingga pelaku usaha pangan untuk terus mendukung keberlanjutan program MBG.
“Kita tidak boleh jadi bagian dari masalah, tapi bagian dari solusi. Kalau ada kendala, kita perbaiki bersama,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa program MBG bukan sekadar inisiatif makan gratis, melainkan bagian dari upaya membentuk pola makan bergizi seimbang dan kebiasaan hidup sehat sejak dini.
Ia menambahkan, MBG merupakan wujud pemerataan gizi yang demokratis yang di mana semua anak, baik dari keluarga mampu maupun kurang mampu, memperoleh hak yang sama untuk tumbuh sehat.
Dengan melibatkan petani, UMKM, hingga penyedia bahan pangan di sekitar sekolah, program ini juga disebut mampu mendorong terciptanya perputaran ekonomi dan peningkatan permintaan komoditas lokal.
“Program MBG bukan hanya soal memberi makan bergizi. Di balik satu porsi makanan bergizi, ada petani sayur, peternak ayam, dan pengusaha kecil di desa yang ikut bergerak. Jadi manfaat MBG tidak hanya dirasakan anak-anak, tapi juga petani kita yang memasok bahan pangan,” tuturnya.
(Febrina Ratna Iskana)