sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pendapatan Raksasa Elektronik Foxconn Anjlok, Dampak Nyata Ketidakstabilan di China dan Global

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
06/12/2022 12:09 WIB
Kondisi di China bisa jadi memupuskan harapan industri elektronik untuk kembali bangkit tahun ini.
Pendapatan Raksasa Elektronik Foxconn Anjlok, Dampak Nyata Ketidakstabilan di China dan Global. (Foto: MNC Media)
Pendapatan Raksasa Elektronik Foxconn Anjlok, Dampak Nyata Ketidakstabilan di China dan Global. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Raksasa teknologi berbasis di China, Foxconn melaporkan penurunan tajam pendapatan bulanan di November tahun ini.

Kondisi ini terjadi disinyalir karena perusahaan tengah berjuang dengan kebijakan zero Covid-19 pemerintah China. Kerusuhan yang sempat terjadi antara pekerja dan aparat di pabrik iPhone terbesar di dunia tersebut juga semakin memperburuk situasi.

Perusahaan Taiwan, juga dikenal dengan nama lain Hon Hai Precision Industry Co ini melaporkan pendapatan di bulan November mencapai 551,1 miliar New Taiwan dolar atau setara USD18,05 miliar.

Angka ini turun lebih dari 29% dibandingkan Oktober dan lebih dari 11% secara year on year (yoy) dibandingkan November 2021.

Sepanjang tahun ini, Foxconn tercatat mengalami beberapa kali penurunan pendapatan. Kontraksi paling dalam terjadi pada bulan Januari mencapai 37,88%. Bulan sebelumnya, Foxconn juga masih mengalami kerugian dengan kontraksi pendapatan sebesar 5,56%.

Setidaknya, sebanyak enam bulan pendapatan Foxconn tercatat minus. Sementara bulan November menjadi bulan kelabu kembali bagi Foxconn dengan penuruan pendapatan mencapai 11,36% yoy. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sumber: Foxconn

Adapun pendapatan kumulatif dalam sebelas bulan pertama tahun 2022 adalah NT$ 5.992,6 miliar. Angka ini naik 13,56% YoY ke rekor tertinggi baru untuk periode yang sama tahun 2021 dengan pendapatan mencapai NT$ 5.276,9 miliar.

Dampak Ketidakstabilian Politik China

Kebijakan zero-Covid-19 policy oleh rezim Xi Jinping menjadi penyebab utama kekacauan yang melanda China.

Pada akhir Oktober, pabrik Zhengzhou dilanda wabah Covid dan Foxconn berjuang untuk mengendalikannya dengan langkah-langkah seperti melakukan isolasi pekerja yang terinfeksi, dan secara efektif melakukan lockdown pabrik.

Zhengzhou, sebuah kota di China, adalah rumah bagi pabrik perakitan iPhone terbesar di dunia, yang dijalankan oleh Foxconn. Akibatnya, banyak pekerja meninggalkan pabrik tak lama setelah wabah mulai menyerang.

Bulan lalu, karyawan bentrok dengan petugas keamanan di pabrik Zhengzhou dan beberapa pekerja menggunakan media sosial untuk menyampaikan keluhan mereka atas keterlambatan pembayaran bonus.

Foxconn kemudian meminta maaf atas "kesalahan teknis" yang menyebabkan masalah gaji pekerja.

“Selain merealokasi kapasitas produksi dari berbagai pabrik, kami juga mulai merekrut karyawan baru, dan secara bertahap menuju pemulihan kapasitas produksi menjadi normal. Prospek untuk kuartal keempat diharapkan sejalan dengan konsensus pasar,” kata Foxconn dalam pers rilisnya.

Kondisi di China bisa jadi memupuskan harapan industri elektronik untuk kembali bangkit tahun ini.

Diketahui sebelumnya, data terbaru indeks manufatur China juga terpantau kurang menggembirakan.

China baru saja merilis data Indeks manajer pembelian manufaktur resmi atau manufacturing purchasing managers index (PMI) untuk bulan November pada Rabu, (30/11).

PMI negara Tirai Bambu turun menjadi 48,0 pada bulan ini. Angka ini meleset dari ekspektasi ekonom mencapai 49,0 dan tergelincir jauh di bawah bulan lalu sebesar 49,2.

Data juga menunjukkan industri China turun di periode Januari hingga Oktober.

Laba industri turun 3% dalam 10 bulan pertama tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih dalam dibanding dengan penurunan untuk periode Januari-September 2,3%, menurut data Biro Statistik Nasional yang dirilis pada hari Minggu (27/11).

Keuntungan di perusahaan industri milik negara tumbuh 1,1%, sementara di sektor swasta turun 2,1%.

Di antara 41 industri yang disurvei, 22 mengalami penurunan laba. Terutama pada peleburan logam besi minus 92,7%, minyak bumi batubara dan bahan bakar lainnya minus 70,9%, peleburan logam non-ferro minus 20,0%), tekstil minus 16,4%, karet dan plastik minus 11,5%, dan industri barang logam minus 9,7%.

Menariknya, meski output sektor industri melambat, tetapi sektor industri high-tech China dilaporkan berkinerja baik.

Mengutip biro statistik nasional China, nilai tambah manufaktur berteknologi tinggi meningkat sebesar 8,7% YoY, atau naik 0,2 poin persentase pada bulan Oktober lalu.

Dalam hal produksi produk ramah lingkungan dan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti kendaraan energi baru, sel surya, dan stasiun pangkalan komunikasi seluler naik masing-masing sebesar 108,4%, 35,6%, dan 19,3% YoY.

Nilai tambah sektor manufaktur teknologi tinggi meningkat 10,6% yoy, meningkat 1,3 poin persentase dari bulan sebelumnya.

Namun, meskipun berkinerja bagus, jika aturan kebijakan tidak mendukung iklim bisnis untuk berkembang, sektor teknologi China bisa saja tertinggal di tahun ini.

Sementara banyak perusahaan telah memindahkan pusat produksinya dari China. Apple masih tetap bertahan, yang memproduksi iPhone Pro dari pabrik Foxconn di Zhengzhou.

Melansir Reuters, secara internasional, peran China sebagai motor ekonomi global bisa berkurang. Perlambatan ekonomi China yang terus berlanjut dan Beijing memprioritaskan keamanan atas ekonomi akan mendorong perusahaan internasional untuk mengambil tindakan.

Pemulihan Masih Tertatih

Menurut analisis Evercore ISI, masalah yang terjadi di Foxconn dapat memengaruhi produksi antara 5 hingga 8 juta unit iPhone di kuartal ke empat mendatang.

Kondisi ini dapat berdampak negatif terhadap pendapatan Apple (AAPL) sebesar USD5 miliar hingga USD8 miliar.

Diketahui pendapatan tahunan maupun kuartalan Apple menunjukkan pertumbuhan sejak 2010 hingga 2022.

Pendapatan Apple untuk kuartal yang berakhir pada 30 September lalu sebesar USD90,146 miliar, meningkat 8,14% yoy.

Pendapatan tahunan Apple untuk 2022 adalah USD394,328 miliar, meningkat 7,79% dari tahun 2021. Adapun pendapatan tahunan Apple di 2021 adalah USD365,817 miliar, meningkat 33,26% dari tahun 2020 sebesar USD274,515 miliar.

Sementara berkaca pada industri elektronik secara global dalam beberapa tahun terakhir, smartphone menyumbang pangsa pasar terbesar di sektor ini.

Menurut riset Canalys, distribusi smartphone secara global mencapai 1,35 miliar unit pada 2021, naik 7% dari 1,26 miliar unit pada 2020.

Pada periode ini, menunjukkan bahwa gangguan rantai pasokan ekonomi global telah pulih secara bertahap pasca pandemi. Di bidang Produk Cloud dan Jaringan, peertemuan online dalam berbagai aktivitas telah menjadi norma baru.

Berdasarkan DIGITIMES Research, meskipun di tahun tersebut terjadi kekurangan IC dan komponen global, pengiriman server naik 4,6% menjadi 17 juta unit pada tahun 2021. Kondisi ini terutama didorong oleh permintaan penyedia pusat data besar yang berbasis di AS dan China.

Di bidang Produk Komputasi, permintaan tablet dan PC meningkat secara signifikan pada 2021 karena adanya aktivitas online yang masif.

Untuk penjualan tablet, menurut International Data Corporation (IDC), pengiriman global di tahun 2021 meningkat 3,2% menjadi 168,8 juta unit.

Untuk penjualan PC, menurut analisis Gartner, distribusi gawai ini mencapai 339,8 juta unit pada 2021, meningkat 10%, dan menjadi pengiriman tertinggi sejak 2013. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement