Bhima menuturkan, faktor politik dan keamanan memang punya andil naik atau turunnya harga minyak mentah dunia. Namun, pasar minyak akhir-akhir ini juga cenderung mengalami anomali pasokan dan permintaan sekaligus.
Katanya, beberapa faktor yang membuat harga minyak tidak seliar 1973 adalah relaksasi pembatasan ekspor minyak dari Rusia yang diperkirakan menambah pasokan minyak global. Kemudian, belum jelasnya pemangkasan produksi minyak yang masih dibahas pada pertemuan Saudi Arabia dan Rusia pada November 2023.
Menurut Bhima, beberapa banyak produksi yang dipangkas juga masih menjadi teka-teki. Kemudian, faktor lain adalah dolar AS yang menguat menjadi kabar buruk bagi pemain komoditas minyak.
"Karena kekhawatiran banyak negara importir minyak mengurangi permintaan impor karena selisih kurs," jelas dia.
Dia menambahkan, China sebagai negara konsumen energi yang besar sedang mengalami perlambatan ekonomi hingga 2024, dengan outlook pertumbuhan ekonomi 4,4% atau di bawah proyeksi Indonesia yang sebesar 5%. "Industri di China tidak sedang ekspansi sehingga mempengaruhi demand minyak global," pungkasnya.
(YNA)