sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perencanaan Energi Jadi Kunci Utama Wujudkan Target NZE 2060

Economics editor Nia Deviyana
07/10/2023 14:00 WIB
Perencanaan energi, terutama di bidang ketenagalistrikan memegang peranan penting untuk mewujudkan wujudkan visi Indonesia Maju 2045.
Perencanaan Energi Jadi Kunci Utama Wujudkan Target NZE 2060. Foto: MNC Media.
Perencanaan Energi Jadi Kunci Utama Wujudkan Target NZE 2060. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Perencanaan energi, terutama di bidang ketenagalistrikan memegang peranan penting untuk mewujudkan wujudkan visi Indonesia Maju 2045 dan mencapai Target Net Zero Emissions (NZE) 2060. 

Dengan perencanaan yang baik, maka akan dicapai tujuan yang ditargetkan tanpa melalui gejolak ketidaktersediaan energi dalam proses menuju target NZE. 

Demikian disampaikan oleh Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Wanhar saat memberikan kuliah umum di President University Cikarang.

"Sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional, tujuan Perencanaan Energi dan Ketenagalistrikan adalah untuk mencapai ketahanan energi, yaitu suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, yang dapat diakses masyarakat dengan harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup," ujar Wanhar dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Sabtu (7/10/2023).

Mencapai ketahanan energi nasional, lanjut Wanhar, adalah prioritas utama bagi semua negara, termasuk Indonesia. Namun, tantangan transisi energi menjadi fokus penting dalam rangka mengatasi perubahan iklim global.

Wanhar juga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia, seperti banyak negara lainnya, berada di persimpangan jalan di mana mereka harus mencari keseimbangan antara memenuhi kebutuhan energi nasional sambil bersama-sama berkomitmen dalam penurunan emisi yang dituangkan ke dalam Nationally Determined Contribution (NDC). 

Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang matang dalam mengelola ketenagalistrikan di Indonesia.

"Indonesia terus mempertegas komitmennya yang disampaikan dalam COP 26 untuk berkontribusi dalam percepatan perwujudan global Net-Zero Emission, dan juga pada COP 27 melalui Enhanced NDC 2030," tegas Wanhar.

Wanhar menjelaskan bahwa arah pengembangan penyediaan tenaga listrik di Indonesia didasari pada prinsip 5 K, yaitu Kecukupan, Keandalan, Keberlanjutan, Keterjangkauan, dan Keadilan. 

Untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik sesuai dengan prinsip 5 K, yang selaras dengan transisi energi, perlu dilakukan revisi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) Tahun 2019-2038 menjadi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) Tahun 2023-2060, yang mengatur arah pengembangan penyediaan listrik di Indonesia.

"Revisi RUKN dilakukan untuk mengoptimalkan potensi sumber EBT dimana dalam pemanfaatannya perlu optimasi least cost. Pengajuan revisi RUKN dilakukan berdasarkan perbandingan empat skenario perencanaan penyediaan tenaga listrik," ungkap Wanhar.

Berdasarkan Bussiness as Usual (BaU) tanpa memerhatikan NZE target, Zero Emission Decommisioning melalui natural retirement pembangkit fosil, Zero Emission Retrofitting melalui cofiring Biomass atau Ammonia, maupun konversi PLTGas ke Hidrogen, kemudian skenario yang terakhir adalah Zero emission dengan carbon capture and storage (CCS) yaitu melengkapi existing pembangkit fossil dengan CCS maupun kombinasi dengan cofiring Biomassa.

Menurut Wanhar, untuk mengoptimalkan potensi energi terbarukan diperlukan pengembangan teknologi Super Grid. Perkuatan jaringan dengan interkoneksi melalui Super Grid merupakan kunci untuk meningkatkan penetrasi energi baru terbarukan melalui sharing resources.

"Transisi energi tidak akan terjadi tanpa didukung oleh jaringan transmisi yang handal, Super grid merupakan faktor kunci untuk mencapai Zero Emission di sektor tenaga listrik," tegas Wanhar.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement