Berry mengakui melalui program itu banyak beberapa developer kembali melanjutkan pembangunan rumahnya. Hal ini membuat stok rumah rumah siap huni bermunculan seiring berjalannya pembangunan.
Bahkan beberapa rumah kemudian dijual dengan harga yang lebih murah dan terjangkau sehingga mudah dibeli kaum milenial.
"Banyak kok rumah semacam ini, seperti di Bekasi, Bogor, Depok, dan Tangerang," ungkapnya sembari mengatakan tipe rumah tapak alami peningkatan peminat dibandingkan sebelumnya.
Selain rumah tapak, potensi baru dari tipe properti ruko yang semakin banyak dicari konsumen dengan nilai pasar ratusan juta hingga semiliar.
Meski demikian, Ketua Umum REI Paulus Totok Lusida menilai penerbitan PPN DTP yang dikeluarkan pemerintah terlalu mepet. Pasalnya untuk membangun rumah sendiri membutuhkan waktu sedikitnya enam bulan. Karena itu ia berharap perpanjangan terus dilakukan hingga 2022 mendatang dan tidak alami keterlambatan dalam informasi.
Sebab, apabila aturan perpanjangan insentif PPN tersebut terlambat diumumkan, mempengaruhi penjualan.
"Ini tentu jadi pembelajaran untuk pemerintah, agar tidak mengeluarkan kebijakan di injury time, mepet waktunya. Supaya kami bisa sepakat dengan end user," ucapnya.
Saat ini, lanjut Totok, antusiasme masyarakat yang memanfaatkan insentif PPN untuk membeli rumah tapak sangatlah besar. Bahkan sejak Agustus pihaknya mencatat stok kavling hunian komersil yang tersedia di berbagai wilayah di Indonesia adalah 17.420 kavling, sedangkan untuk non-subsidi tidak ada yang ready stok. (FHM)