IDXChannel - Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya melestarikan lapisan ozon melalui sejumlah langkah pengendalian.
Aksi global tersebut, di antaranya, dilakukan melalui pengendalian secara ketat terhadap penggunaan, aktivitas impor, dan produksi Bahan Perusak Ozon (BPO).
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), atau SIG, turut mengambil peran dalam upaya pelestarian ozon dengan mengoptimalisasi fasilitas pemusnah BPO hasil inovasinya.
Saat ini, fasilitas tersebut dioperasikan oleh salah satu anak usaha SIG, yaitu PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), atau SBI, di Pabrik Narogong, Bogor.
Aksi global ini sendiri sendiri dipicu oleh penemuan lubang pada lapisan ozon di Benua Antartika pada awal 1980-an. Sebagai pelindung bumi dari bahaya radiasi ultraviolet (UV) matahari, terutama UV-B, adanya lubang tersebut tentu menjadi ancaman bagi kehidupan di bumi.
"Sebab, radiasi UV dari matahari dapat menyebabkan kanker kulit, kerusakan mata, serta gangguan sistem imun manusia. Selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman dan ekosistem perairan, serta penyakit pada hewan," ujar Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, dalam keterangan resminya, Senin (16/9/2024).
Didasari kesadaran atas pentingnya peran lapisan ozon bagi kehidupan, menurut Vita, masyarakat internasional mulai bersepakat untuk melindungi dan memulihkan lapisan ozon dari kerusakan.
Kesepakatan tersebut dikenal dengan nama Protokol Montreal, sebuah perjanjian internasional yang ditandatangani pada 16 September 1987 oleh sejumlah negara untuk melindungi lapisan ozon dari zat-zat kimia berbahaya dan merusak, seperti CFC (chlorofluorocarbon) yang memiliki unsur klorin, florin, dan karbon, yang ditemui pada alat pendingin ruangan atau AC (air conditioner).
"SIG melalui lini bisnis pengelolaan limbah dan sampah berkelanjutan yang bernama Nathabumi, terus mengoptimalkan fasilitas pemusnah BPO yang telah beroperasi sejak 2007 dan menjadi yang pertama di Asia Tenggara," ujar Vita.
Sejauh ini, Vita menjelaskan, Nathabumi tercatat telah membantu 36 institusi pemerintahan dan perusahaan dari berbagai industri dalam pemusnahan BPO, antara lain industri makanan dan minuman, farmasi, kimia, petrokimia, manufaktur, energi, pertambangan, pengelolaan limbah, hingga minyak dan gas.
Per Agustus 2024, Vita mengeklaim bahwa Nathabumi telah memusnahkan 103 ton BPO yang dapat merusak lapisan ozon, atau telah membantu mencegah pelepasan Gas Rumah Kaca ke atmosfer setara 220.914 ton CO2 equivalent.
"Jenis BPO yang dimusnahkan antara lain, senyawa halon yang banyak digunakan untuk bahan pemadam kebakaran, refrigerant-CFC/HCFC/HFC dari unit pendingin seperti AC dan lemari es, serta SF6 yang biasa digunakan dalam peralatan listrik tegangan tinggi," ujar Vita.
Dikatakan Vita, hadirnya fasilitas pemusnah BPO semakin memperkuat langkah SIG dalam upaya pelestarian lingkungan untuk menjaga keberlangsungan hidup makhluk hidup di bumi, yang sejalan dengan sustainability roadmap 2030 SIG pilar Perlindungan Terhadap Lingkungan.
Fasilitas pemusnah BPO, disebut Vita, tidak hanya berkontribusi dalam pelestarian lapisan ozon, namun juga sekaligus sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.
"Karena BPO yang tidak terkelola dengan baik akan meningkatkan intensitas Gas Rumah Kaca penyebab perubahan iklim yang dampaknya telah kita rasakan saat ini, seperti peningkatan suhu bumi," ujar Vita.
Proses pemusnahan BPO oleh Nathabumi sendiri dilakukan dengan teknologi yang aman dan ramah lingkungan, di mana limbah BPO yang berbentuk cair maupun gas dimusnahkan dalam tanur semen dengan suhu mencapai 1.500 derajat celsius secara stabil.
Fasilitas pemusnahan BPO ini telah memiliki izin pengolahan BPO dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Untuk berkontribusi lebih dalam upaya pelestarian lapizan ozon, SIG juga mendorong penggunaan alat pendingin (refrigerant) non CFC dan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) non HALON di wilayah operasi.
Seperti SMCB sendiri yang yang telah menggunakan alat pendingin dan APAR yang ramah ozon di seluruh wilayah operasi.
Vita menjelaskan, SIG juga menerapkan operational excellence dengan menggunakan hydrogen injection dalam kegiatan produksi.
Penggunaan hydrogen injection membantu proses pembakaran di kiln semen lebih sempurna, sehingga mendukung optimasi kegiatan produksi dan efisiensi dalam penggunaan bahan bakar, sekaligus mencegah timbulnya zat N2O yang merupakan senyawa kimia yang juga dapat merusak ozon.
"Dengan fasilitas, kemampuan, dan pengalaman yang dimiliki, SIG siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bersama-sama menjaga kelestarian lapisan ozon sehingga bumi tetap menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk ditinggali bagi semua makhluk hidup," ujar Vita.
(taufan sukma)