Trump berencana untuk meningkatkan pembelian minyak Rusia oleh China dengan mitranya, Xi Jinping, pada pertemuan di Korea Selatan minggu depan. KTT ini akan memberikan kesempatan kepada para pemimpin kedua negara dengan ekonomi terbesar tersebut untuk mencapai kemajuan menuju kesepakatan perdagangan yang lebih luas setelah periode hubungan yang tegang.
Selain China, aliran minyak Rusia ke India, pembeli utama lainnya, diperkirakan anjlok menyusul sanksi AS. Sanksi tersebut menandai perubahan besar dalam kebijakan Barat, yang sebelumnya berupaya membatasi pendapatan Kremlin dengan batasan harga yang dirancang untuk mencegah gangguan pasokan dan lonjakan harga.
Perusahaan-perusahaan milik negara China tersebut dapat mencari alternatif yang lebih murah, mengurangi produksi, atau memulai pemeliharaan tak terencana karena harga minyak dari Timur Tengah dan Afrika Barat menjadi lebih mahal, dengan pengguna India juga mencari pengganti untuk barel Rusia, kata sumber tersebut.
Harga minyak berjangka Brent, patokan global, diperdagangkan tepat di bawah USD66 per barel pada Jumat. Meskipun telah melonjak minggu ini, harga masih turun sekitar 12 persen tahun ini di tengah kekhawatiran bahwa peningkatan pasokan dari OPEC+, aliansi produsen yang luas yang mencakup Rusia, akan berkontribusi pada surplus global.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada kedua raksasa minyak tersebut setelah menuduh Rusia "kurang berkomitmen serius terhadap proses perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina." Sanksi tersebut merupakan sanksi besar pertama AS terhadap Moskow sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari tahun ini.