Dengan adanya kenaikan harga CPO ini, kata dia, justru bisa mendatangkan tantangan sendiri bagi industri kelapa sawit. Dengan harga CPO yang tinggi bukan tidak mungkin membuat konsumen beralih ke minyak nabati lain seperti yang terjadi di India, di mana konsumen beralih dan sulit untuk ditarik kembali untuk mengonsumsi minyak sawit.
"Harga minyak sawit ini sekarang sudah lebih tinggi dari minyak nabati lain. Artinya bahwa sawit ini sekarang sudah menjadi minyak premium. Ini justru buat kita ini menjadi tantangan. Nah, yang kita khawatir adalah, kalau konsumen itu sudah beralih ke minyak nabati lain, untuk kembali lagi ke sawit, rasanya itu butuh effort lagi yang cukup besar," ujar dia.
Dia menerangkan, dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi dan konsumsi dalam negeri khususnya kebijakan penggunaan biodiesel serta mempertimbangkan kecenderungan harga serta supply dan demand minyak nabati dunia, produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 53,6 juta ton, konsumsi diperkirakan mencapai 26,1 juta ton termasuk untuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton.
Dengan perkiraan tersebut, ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton yang lebih rendah dari ekspor 2024 sebesar 29,5 juta ton.
(Dhera Arizona)