IDXChannel - Spekulasi terkait ambisi Bytedance dalam mengembangkan sayap ke bisnis pemesanan tiket perjalanan dan wisata semakin bergulir dan memantik respons dari berbagai pihak.
Tak terkecuali kalangan legislatif Tanah Air, yang turut angkat bicara mengenai aksi ekspansi yang disinyalir tengah dilancarkan oleh induk usaha TikTok, yang berbasis di China tersebut.
Pasalnya, sejumlah pemberitaan di Negeri Tirai Bambu itu menyebut bahwa salah satu pasar prioritas yang tengah diincar oleh ByteDance adalah Indonesia.
"Rencana (ekspansi) ini perlu ditanggapi serius. Langkah baru TikTok ini jadi tantangan besar bagi pelaku usaha, dan harusnya menjadi alarm bagi pemerintah sebagai regulator untuk memastikan persaingan pasar yang adil," ujar Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, Jumat (18/7/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Amin guna menyikapi kabar yang menyebut bahwa usai sukses mengakuisisi Tokopedia Indonesia pada Juni 2024 lalu, incaran TikTok selanjutnya adalah perusahaan online travel agent (OTA) yang berbasis di Indonesia.
Spekulasi pun berkembang, bahwa perusahaan OTA yang dimaksud adalah Traveloka dan/atau Tiket.com.
"Jadi ini masalah menggabungkan dua platform besar, yaitu Tiktok dan Traveloka. Tanpa regulasi yang ketat, sangat mungkin penggabungan keduanya akan memunculkan monopoli pasar di bisnis akomodasi," ujar Amin, khawatir.
Seperti diketahui, ByteDance, pemilik TikTok merupakan raksasa platform e-commerce global asal China. Sedangkan Traveloka merupakan salah satu dari dua pemain OTA besar di Indonesia selain Tiket.com.
Amin mendesak, pemerintah mengambil langkah cepat soal kabar ini. Sebab, jika benar terjadi dan dibiarkan, maka ruang bagi pemain lokal mendapatkan pasar akan semakin sempit. Sementara Tiktok, sebagai raksasa teknologi, punya kapital dan berbagai sumber daya berlebih, demi merebut pasar lokal.
"Pertama, terjaganya persaingan tetap sehat sehingga tidak mematikan pemain travel lokal lainnya. (Kedua), Pemerintah dan otoritas regulasi harus memantau pasar dengan cermat. Dengan penguasaan teknologi oleh ByteDance yang lebih advance, maka masuknya raksasa China tersebut dengan mengendarai Traveloka, jelas akan membuat daya saing pasar pemain lokal tergerus," ujar Amin.
Amin juga memaparkan data, Traveloka merupakan salah satu dari dua pemain online travel agent besar di Indonesia. Pada 2022 lalu, Traveloka meraup pendapatan sebesar Rp3,46 triliun dengan kenaikan 75 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Dengan penguasaan pasar Traveloka, ditambah Tiktok menjadi pengendali nantinya, kedaulatan data juga harusnya menjadi perhatian serius.
Amin melihat, aksi korporasi ini bukan sekadar bisnis semata. Jika pun akuisisi tetap terjadi, maka pemerintah pun perlu membuat regulasi yang jelas. Tiktok turut membantu promosi pariwisata Indonesia dan pemerintah juga harus memberikan aturan main yang jelas.
"Belajar dari kasus bobolnya Pusat Data Nasional, kita sangat meragukan kemampuan dan komitmen pemerintah melindungi data pribadi masyarakat Indonesia," ujar Amin.
Harapannya, dikatakan Amin, akan lebih banyak pengguna mancanegara akan melihat dan mempertimbangkan destinasi wisata di Nusantara.
"Namun jika sebaliknya, siap-siap saja kita hanya menjadi penonton riuhnya bisnis pariwisata dan akomodasi, tanpa menikmati kuenya secara signifikan," ujar Amin. (TSA)