Terkait target Prabowo agar defisit menuju 0 persen, Purbaya menyebut pemerintah akan bergerak secara bertahap.
"Kita lihat keadaan. Kalau mungkin, ya mungkin. Saya sedang mencoba mengefisienkan, mengefektifkan pajak dan lain-lain dalam satu tahun ke depan. Jadi, rencana itu rencanalah. Kalau enggak bisa dijalankan satu tahun, enggak apa-apa. Kita geser pelan-pelan. Tapi kita jelas, arah kita menuju ke sana. Tapi kalau meleset dikit, saya pikir ya enggak apa-apa," katanya.
Berikut Rincian Postur Anggaran dan Asumsi Makro di APBN 2026
Pendapatan Negara disepakati sebesar Rp3.153,58 triliun, yang terdiri dari:
Penerimaan perpajakan: Rp2.693,71 triliun
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP): Rp459,2 triliun
Hibah: Rp0,66 triliun
Sementara itu, Belanja Negara ditetapkan sebesar Rp3.842,72 triliun dialokasikan untuk:
Belanja pemerintah pusat: Rp3.149,73 triliun (terdiri dari belanja K/L sebesar Rp1.510,55 triliun dan belanja non K/L sebesar Rp1.639,19 triliun)
Transfer ke Daerah (TKD): Rp692,99 triliun
Keseimbangan primer: Rp89,71 triliun
Defisit: Rp698,15 triliun atau 2,68 persen
Pembiayaan: Rp689,15 triliun
Beberapa asumsi makro yang disepakati dalam APBN 2026 antara lain:
Pertumbuhan ekonomi: 5,4 persen
Laju inflasi: 2,5 persen
Nilai tukar rupiah: Rp16.500 per dolar AS
Harga minyak mentah Indonesia (ICP): USD70 per barel
Selain itu, indeks kesejahteraan juga menjadi perhatian, dengan target:
Tingkat pengangguran terbuka: 4,44-4,96 persen
Tingkat kemiskinan: 6,5-7,5 persen
Tingkat kemiskinan ekstrem: 0-0,5 persen
Indeks Gini Ratio: 0,377-0,380
(Febrina Ratna Iskana)