"Pelemahan ini dipacu oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara besar yang mengalami perlambatan, sebagai contoh ekonomi Amerika Serikat pada 2022 mampu tumbuh 2,1%," ungkapnya.
Namun sesuai prediksi lembaga ekonomi internasional, di tahun ini, hanya tumbuh di kisaran 0,5%-1,4%. Begitu pula dengan beberapa negara di kawasan Eropa, China, maupun Jepang.
Pelemahan yang terjadi di beberapa negara dan kawasan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, namun salah satu faktor yang saat ini cukup menjadi perhatian adalah tekanan inflasi di berbagai negara yang menyebabkan kenaikan suku bunga acuan.
Pemulihan ekonomi yang cukup cepat disertai oleh disrupsi rantai pasok dan krisis energi akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina menyebabkan inflasi mengalami kenaikan inflasi yang cukup tinggi di berbagai negara pada 2022.
"Akan tetapi secara gradual, inflasi kini mengalami penurunan. Inflasi AS yang dulu sempat menyentuh level 9%, kini mulai menurun di level 6,4%. Demikian pula inflasi di kawasan Eropa yang sempat menyentuh double digit kini juga sudah mengalami penurunan," jelas Didik.