Ekspor kakao Indonesia ke dua terbesar ke negara Amerika Serikat sebesar 48.158,29 ton dengan nilai USD187,26 juta.
Malaysia menjadi tujuan ke tiga ekspor kakao Indonesia sebanyak 47.133,97 ton dengan nilai USD124,87 juta.
Indonesia turut mengekspor kakao ke China sebanyak 36.782,56 ton dengan nilai USD130,34 juta. Sementara, ekspor kakao Indonesia ke Australia sebanyak 18.322,16 ton dengan nilai USD70,35 juta.
Adapun data ekspor kakao ke negara Uni Eropa tercatat ke Estonia dan Jerman. Pada 2021, ekspor kakao Indonesia ke Estonia senilai USD72,63 juta dengan volume 15,2 juta ton. Kemudian, ekspor kakao ke Jerman sebesar USD49,75 juta dengan volume 12,59 juta ton.
Adapun untuk komoditas kopi, berdasarkan Statistik Indonesia 2023 BPS, sepanjang 2022 Indonesia mengekspor kopi seberat 434,19 ribu ton, meningkat 12,92% yoy. Adapun nilai total ekspor tersebut mencapai USD1,13 miliar.
Amerika Serikat (AS) merupakan tujuan utama ekspor kopi nasional pada 2022, dengan volume mencapai 55,75 ribu ton atau 12,84% dari total ekspor nasional.
Negara Eropa tujuan ekspor utama kopi RI adalah Jerman dengan volume mencapai 36,97 ribu ton dan nilai USD 80,93 juta. (Lihat grafik di bawah ini.)
Adapun negara Eropa lainnya adalah ekspor ke Italia 24 ribu ton senilai USD 48,98 juta, dan ekspor ke Rusia 22,69 ribu ton senilai USD 44,16 juta.
Tercatat juga ekspor kopi ke Belgia mencapai 22,19 ribu ton senilai USD 65,04 juta dan ke Inggris 20,77 ribu ton senilai USD 48,25 juta.
Kemudian volume ekspor ke negara-negara lainnya sebanyak 166,94 ribu ton dengan nilai USD 370,78 juta.
Produk Kayu, termasuk Pulp dan Kertas
Sebagai bahan baku berbagai banyak kebutuhan sehari-hari, kayu juga menjadi komoditas yang menjadi perhatian Uni Eropa dalam aturan baru anti-deforestasi. Di Indonesia, nilai ekspor produk kayu melompat 7% yoy pada 2022, dan mencatat rekor baru sepanjang sejarah. (Lihat tabel di bawah ini.)
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dikutip Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), pada 18 Januari 2023, ekspor produk kayu Indonesia pada 2022 mencapai USD14,51 miliar. Dibandingkan 2021, ini merupakan nilai tertinggi di mana nilai ekspor tercatat sebesar USD13,56 miliar pada 2021.
Nilai ekspor 2022 ini merupakan kontribusi dari sejumlah produk kayu. Produk kertas memberi kontribusi terbesar dengan nilai 4,37 miliar dolar AS, naik 18,3% yoy. Disusul dengan produk bubur kayu (pulp) dengan nilai ekspor sebesar USD3,73 miliar, naik 15,1% yoy. Produk selanjutnya yang memberi kontribusi besar adalah panel kayu dengan nilai USD2,86 miliar dan furniture senilai USD2,26 miliar.
Di lain pihak, PDB industri kertas Indonesia sempat tercatat meningkat 3,73% pada 2022. Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kondisi itu terjadi seiring dengan meningkatnya utilisasi industri pulp dan kertas.
Pada 2021, total ekspor industri pulp dan kertas mencapai 11,78 juta ton. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara pengekspor kertas dan pulp terbesar kedelapan di dunia. Sebagai catatan, industri kertas merupakan salah satu subsektor industri pengolahan nonmigas.
Karet
Karet pada akhirnya dimasukkan menjadi komoditas yang diatur dalam EU Deforestation Regulation.
Menurut negara tujuannya, ekspor karet Indonesia paling besar ke Amerika Serikat pada 2022, mencapai USD1,99 miliar. Posisinya diikuti Jepang dengan ekspor karet Indonesia senilai USD1,01 miliar.
Kemudian, Indonesia mengekspor karet ke China senilai USD403,25 juta. Ekspor karet dari dalam negeri ke India tercatat senilai USD217,89 juta.
Korea Selatan turut menjadi negara tujuan ekspor karet Indonesia senilai USD196,65 juta. Lalu, Indonesia mengekspor karet ke Kanada senilai USD187,67 juta.
Ada pula ekspor karet Indonesia ke Brasil senilai USD161,19 juta. Sedangkan negara Uni Eropa penikmat karet RI adalah Jerman dengan nilai ekspor mencapai USD146,16 juta. (Lihat grafik di bawah ini.)
BPS mencatat, nilai ekspor karet Indonesia sebesar USD6,40 miliar pada 2022. Nilai ekspor dengan kode HS 40 tersebut turun 10,13% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar USD7,12 miliar.
Besarnya kontribusi berbagai komoditas di atas pada perekonomian RI menjadikan hambatan pasar Eropa ini menjadi ancaman serius. Meskipun bukan pasar terbesar, namun Uni Eropa tetaplah mitra dagang strategis RI.
Untuk itu, diperlukan kesepakatan komprehensif di antara kedua belah pihak agar perdagangan dapat menghasilkan win-win solution di tengah situasi global yang sedang sulit. (ADF)