sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sambut Era Perekonomian Pasca Pandemi, Gubernur BI: Digitalisasi Menjadi Kunci

Economics editor Taufan Sukma/IDX Channel
17/06/2022 11:11 WIB
Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN di antaranya sedang bersiap mengembangkan inisiatif sistem pembayaran lintas batas negara.
Sambut Era Perekonomian Pasca Pandemi, Gubernur BI: Digitalisasi Menjadi Kunci (foto: MNC Media)
Sambut Era Perekonomian Pasca Pandemi, Gubernur BI: Digitalisasi Menjadi Kunci (foto: MNC Media)

IDXChannel - Digitalisasi diyakini menjadi salah satu kunci utama bagi masa depan perekonomian Indonesia, yang membuka kesempatan-kesempatan baru untuk pelaku bisnis, menyusul ledakan penggunaan kanal-kanal digital selama pandemi. Hal ini ditekankan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, saat menghadiri Indonesia-Singapore Business Forum 2022, di Sngapura, Selasa (14/6/2022) lalu.

Menurut Perry, upaya digitalisasi diperlukan, terutama dalam bentuk digitalisasi pembayaran, yang merupakan salah satu dari enam agenda prioritas jalur keuangan pada Presidensi Indonesia di G20 2022 pada Juli mendatang.
 
“Kami ingin membawa digitalisasi Indonesia ke ASEAN, lalu ke ranah global, pada G20 di Indonesia,” ujar Perry, dalam pidatonya.

Perry menyebut bahwa Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN di antaranya sedang bersiap mengembangkan inisiatif sistem pembayaran lintas batas negara. Dengan pentingnya digitalisasi di era pasca pandemi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tak bisa ketinggalan. Gubernur Bank Indonesia ini mengatakan bahwa saat ini telah ada 18 juta Usaha UMKM yang telah terdigitalisasi di Indonesia.
 
“18 juta adalah angka yang besar, tapi sebetulnya kecil, karena kami memiliki 65 juta UMKM yang perlu dihubungkan (secara digital),” ungkap perry.

Disebutkannya juga, Indonesia sejauh ini memiliki pasar ritel yang amat besar, yang perlu dirangkul untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi.
 
Menurut penelitian yang dilakukan Bain & Company dan Facebook, 8 dari 10 konsumen di Asia Tenggara kini telah beralih ke digital. Jumlah konsumen digital baru dalam kurun waktu setahun di Filipina, Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam, setara dengan seluruh populasi Inggris.

Hal ini diamini CEO dan co-founder Blibli, Kusumo Martanto. Dalam kesempatan yang sama, Kusumo mengatakan para konsumen di Indonesia menggunakan platform e-commerce untuk membeli kebutuhan sehari-hari baik dari UMKM maupun perusahaan-perusahaan besar selama pandemi COVID-19.
 
“Selama pandemi, bagaimana orang-orang mendapatkan sanitizer, masker, obat-obatan—di situlah kami memainkan peran besar,” katanya pada panel Transformasi Digital untuk UMKM dan Investasi di Asia Tenggara pada acara tersebut.
 
Selama pandemi, UMKM yang beralih ke kanal online memang bisa lebih bertahan. Berdasarkan penelitian tahun 2021 yang dilakukan oleh Blibli dengan Boston Consulting Group dan Kompas, UMKM yang online bisa memiliki pendapatan 1,1 kali lebih tinggi dari UMKM yang hanya beroperasi offline. Sementara UMKM yang online juga 2,1 kali lebih mungkin untuk menjual berbagai produk dalam skala nasional dan 4,6 kali lebih mungkin untuk mengekspor produknya ke luar negeri.
 
Tapi, di era pasca pandemi, beralih ke online saja tidak cukup untuk peritel. Berdasarkan studi Sirclo, 74,5 persen konsumen masih berbelanja baik offline dan online selama pandemi.
 
Senada, Kusumo menambahkan bahwa ia melihat masa depan ritel di era pasca pandemi sebagai integrasi antara kanal online dan offline, atau omnichannel.
 
Oleh karenanya, Blibli terus memperkuat ekosistem omnichannel-nya diantaranya melalui Blibli InStore, Click and Collect, dan Blibli Mitra, yang menghubungkan operasi bisnis online dan offline dalam ekosistem yang terintegrasi bagi mitra ritel Blibli.
 
“Belanja omnichannel telah menjadi norma yang baru. Kita harus bisa siap untuk memberikan layanan omnichannel yang cepat dan tanpa cela,” kata Kusumo.
 
Namun, proses digitalisasi di Indonesia bukannya tanpa tantangan. CEO Tiket.com, George Hendrata, menyatakan pada kesempatan yang sama bahwa pelatihan untuk sumber daya manusia masih diperlukan untuk merealisasikan potensi digitalisasi.
 
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Deputi Teknologi dan Konsumen untuk Temasek, Fock Wai Hoong. Menurut Fock, berdasarkan survei Temasek bersama Google, talenta sumber daya manusia memang tetap menjadi hambatan besar untuk perkembangan teknologi.
 
“Ini menjadi tantangan untuk kita semua, bagaimana untuk berfokus untuk reskilling dan upskilling populasi pekerja kita sementara kita bersiap untuk berpartisipasi di internet economy,” pungkasnya. (TSA)

Advertisement
Advertisement