sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sektor Properti China Terancam Kolaps, Bagaimana dengan RI?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
11/08/2023 17:36 WIB
Guncangan pasar properti China semakin berdampak serius bagi perekonomian negera tersebut.
Sektor Properti China Terancam Kolaps, Bagaimana dengan RI? (Foto: MNC Media)
Sektor Properti China Terancam Kolaps, Bagaimana dengan RI? (Foto: MNC Media)

Sebelumnya, Indonesia sempat mengalami fase booming properti pada medio 2011 hingga 2014. Selama periode ini, terjadi pertumbuhan PDB Indonesia, terutama PDB real estate yang disebabkan adanya kenaikan pada pra penjualan properti. 

Kenaikan pra penjualan mulai terjadi sejak tahun 2011 dan beberapa emiten mencapai puncak pra penjualan pada 2013. Alhasil laba emiten-emiten properti meledak sepanjang 2013 dan 2014.

Adapun kondisi inflasi dan suku bunga acuan saat itu masih terjaga. Sepanjang 2012 sampai 2013, inflasi Indonesia terjaga di bawah sekitar 5 persen, sedangkan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. Inflasi dan suku bunga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Akan tetapi pada akhir tahun 2013 inflasi meningkat tajam ke angka 8 persen, begitu juga dengan suku bunga acuan yang meningkat pada akhir 2013 hingga mencapai 7,5 persen.

Dengan naiknya suku bunga acuan ini  suku bunga KPR juga mengalami kenaikan. Selain itu pada tahun 2013 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan DP (down payment) minimal 30 persen yang mewajibkan pembeli properti membayar 30 persen dari nilai transaksi.

Setelah keluarnya aturan ini, sektor properti mulai lesu dan ini merupakan awal dari selesainya booming properti.

Sejumlah perusahaan properti yang sempat mencatatkan sahamnya di pasar modal juga ada beberapa yang dinyatakan pailit. Di antaranya PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ), PT Cowell Development Tbk (COWL) dan PT Hanson International Tbk (MYRX).

Kinerja saham-saham properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga masih berjuang untuk bangkit sepanjang lima tahun terakhir. Beberapa emiten properti yang melantai di bursa di antaranya PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). (Lihat tabel di bawah ini.)

Bahkan emiten properti BUMN, PT PP Properti Tbk, anak usaha PT PP tengah dipantau oleh BEI karena penundaan pembayaran utang perusahaan, berdasarkan data BEI.

Adapun kondisi terkini, permintaan terhadap properti juga masih belum sepenuhnya stabil imbas dari pemulihan pasca Covid-19.

Jika dilihat, sektor ini sempat mengalami pukulan ketika pandemi Covid-19 menyerang dunia bersama dengan kejatuhan sektor-sektor lainnya.

Pada triwulan II-2021, penjualan properti residensial primer secara tahunan sempat terkontraksi -10,01 persen (yoy), menurun dari 13,956 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2020, sektor ini berkontraksi hingga -25,6 persen (yoy).

Bank Indonesia mencatat, dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan I 2023 mengalami penurunan.

Penjualan properti residensial masih terkontraksi sebesar 8,26 persen (yoy) pada triwulan I 2023, lebih rendah dari penjualan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 4,54 persen (yoy). (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement