Prancis
Ekonomi Prancis masuk jurang resesi pada 2008-2009. Prancis melewati resesi yang lebih baik daripada sebagian negara Eropa lainnya.
Prancis juga termasuk di antara negara-negara yang rebound. Negara ini diuntungkan dari sektor keuangan yang cukup baik, jaring pengaman yang besar, serta intervensi pemerintah yang tegas. Oleh karenanya, Prancis mengalami resesi yang tidak terlalu parah dibandingkan negara lainnya.
Prancis mampu keluar dari resesi pada kuartal kedua tahun 2009. Kebijakan yang mereka tempuh, antara lain dengan memperkuat fondasi ekonomi. Program stimulus fiskal juga telah membantu meredam penurunan. Selain itu, pemerintah Prancis mengambil reformasi struktural guna memulihkan daya saing ekonomi.
Singapura mengalami resesi pertamanya pada 1985. Tanda-tanda perlambatan ekonomi negara ini sudah terlihat pada 1984.
Pada kuartal kedua tahun 1985, Singapura mencatat tingkat pertumbuhan minus 1,4 persen. Resesi mengakibatkan perusahaan bangkut serta pengurangan tenaga kerja.
Angka pengangguran Singapura pun naik menjadi 4,1 persen. Resesi di Singapura disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.
Adapun faktor eksternalnya meliputi ekonomi negara di dunia yang sedang melambat, khususnya Amerika Serikat. Selain itu, Singapura juga mengalami penurunan permintaan barang.
Sedangkan dari sisi internal, biaya operasi yang tinggi terkait biaya sewa dan upah yang membuat Singapura kurang kompetitif di pasar global menjadi faktor penyebab resesi.
Guna melawan resesi, pemerintah Singapura melakukan langkah pemotongan biaya, seperti pengurangan kontribusi pemberi kerja ke Central Provident Fund dan Skill Development Fund, pembatasan upah selama dua tahun, hingga pinjaman dengan bunga yang lebih rendah.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengadopsi kebijakan privatisasi serta deregulasi guna menetapkan sektor swasta sebagai penggerak baru pertumbuhan ekonomi. Pada 1986, ekonomi Singapura pun mencatat pertumbuhan 1,2 persen, meningkat menjadi 3,8 persen.