"Tahun lalu penjualan listrik ke pelanggan industri hanya tumbuh 0,1 persen. Bayangkan sangat minim sekali pertumbuhan penjualan listrik. Bagaimana kalau supply terus bertambah dan demand tidak bisa menyerap, pasti akan menjadi beban keuangan negara," ujar dia.
Abra membayangkan ke depannya di tengah kondisi oversupply listrik yang semakin besar, maka beban kompensasi dan subsidi akan semakin besar. Jika kapasitas fiskal terbatas, maka opsinya menaikkan tarif listrik atau menggelontorkan kas negara yang lebih besar untuk membayar kompensasi dan subsidi energi.
"Pada ujungnya ketika fiskal kita ditengah penerimaan tertekan, tidak mampu menahan beban subsidi dan kompensasi, pasti akan ada pilihan, menambah utang atau melakuan kenaikan tarif," katanya.
Lebih lanjut, Abra menjelaskan, skema Power Wheeling yang direncanakan oleh pemerintah akan membuka peluang sektor swasta memproduksi dan menjual listrik secara langsung kepada masyarakat. Sehingga, masyarakat punya opsi untuk membeli listrik, selain dengan PLN.