Pengelolaan APBN ini, diakuinya juga responsif dan efektif sebagai instrumen countercyclical sekaligus sebagai peredam gejolak, sehingga keberlanjutan pemulihan
ekonomi nasional dapat terus dijaga.
"Intervensi kebijakan pemerintah dilakukan, baik dari sisi supply melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan, bersinergi dengan otoritas moneter dan
sektor keuangan, maupun dari sisi demand untuk mendukung daya beli masyarakat baik dalam bentuk berbagai program bansos, subsidi maupun pengendalian inflasi,“ tegas Sri Mulyani.
Di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, kata Sri Mulyani, meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi.
"PMI manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir. Tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang," jelasnya.
"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal sebagaimana kita saksikan belakangan ini," Sri Mulyani menambahkan.