Menurutnya, hampir seluruh negara melihat investasi dalam proyek kereta api (railway) bersifat jangka panjang dan bukan jangka pendek. Khususnya, negara-negara dengan tingkat investasi yang cukup rendah. Hitungan tersebut sama dengan investasi di MRT.
"Dan hampir semua di seluruh dunia namanya railway, investasi di kereta api, kereta seperti itu pasti panjang, nggak mungkin pendek. Dan ini umum seperti itu. Hampir semua negara yang low investasi untuk perusahaan khususnya untuk usaha kereta cepat seperti, MRT, ya segitu. Begitu dia bisa kembali balik modal dan lainnya," katanya.
Karena itu, pernyataan bahwa proyek KCJB tidak akan balik modal adalah pernyataan konyol. "Coba aja cek deh di MRT, berapa tahun? Mirip-mirip, nggak jauh nanti dari situ 40-an tahun juga. Jadi, kalo dikatakan sampai kapanpun akan rugi, itu konyol, Itu faisal Basri sangat-sangat konyol," ungkap dia.
Di lain sisi, pemegang saham juga menegaskan belum ada angka pasti perihal pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Saat ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tengah melakukan audit atas perkara cost overrun tersebut.
Padahal, manajemen PT Kereta Api (Persero) sudah membeberkan pembengkakan KCJB mencapai USD3,8 miliar- USD4,9 miliar atau setara Rp 54 triliun- Rp 69 triliun.