Padahal, jumlah itu justru membuat struktur keuangan perusahaan menjadi tidak efektif, sebab adanya kompleksitas pandaan yang dilakukan manajemen.
"Airline yang bagus itu punya 3-4 pesawat, nah di garuda mulai dari 777, ada A320, A330, SRJ ada ATR45, ATR75, jadi pesawatnya banyak sekali dan itu membuat kompleksitas dari pengelolaan maintenance sehingga akhirnya cost per seat-nya menjadi mahal," ujar Tiko.
Tak hanya itu, sejumlah rute penerbangan yang dipandang tidak menguntungkan secara bisnis pun akan ditutup. Termasuk, rute-rute penerbangan internasional pun dikurangi secara signifikan dan menyisakan volume kargo yang dinilai masih memadai.
Sebagai gantinya, pemegang saham mengalihkan (refocusing) rute internasional ke domestik. Upaya ini akan dilakukan secara masif.
"Kami juga menutup rute-rute yang rugi ini yang penting. Karena banyak sekali rute yang rugi yang di masa lalu belum ditutupi,' ungkap dia. (RAMA)