sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sudah Sewa Mahal Banget, Garuda Indonesia Kebanyakan Pesawat

Economics editor Suparjo Ramalan
09/11/2021 19:30 WIB
Kementerian BUMN sedang berusaha menyelamatkan maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dari ancaman kebangkrutan.
Sudah Sewa Mahal Banget, Garuda Indonesia Kebanyakan Pesawat (FOTO: MNC Media)
Sudah Sewa Mahal Banget, Garuda Indonesia Kebanyakan Pesawat (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian BUMN sedang berusaha menyelamatkan maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dari ancaman kebangkrutan. Apalagi, selain sewa pesawatnya yang terbilang paling mahal di dunia, Garuda dinilai kebanyak punya pesawat.

Saat ini, Kementerian BUMN sedang melakukan negosiasi ulang dengan lessor perihal skema harga sewa pesawat (leasing) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,. Pemegang saham memberi opsi harga sewa pesawat dihitung berdasarkan pemakaian per jamnya.  

Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menyebut, opsi tersebut sudah dibicarakan dengan sejumlah lessor. Harapannya, opsi tersebut sudah bisa direalisasikan setelah restrukturisasi utang emiten penerbangan pelat merah mencapai kesepakatan.

"Di beberapa lessor sudah ada pembicaraan, mungkin kita merubah konsepnya (biaya sewa) dalam dua tahun pertama. Jadi tidak membayar fix, tapi yang dipakai, ini yang kita negosiasikan selama periode pemulihan itu diharapkan tidak dibayar fix, tapi tergantung berapa jam pesawat itu dipakai jam-jamannya," ujar Kartika, Selasa (9/11/2021).

Di lain sisi, pemegang saham juga akan mengurangi jenis pesawat Garuda Indonesia dari 13 menjadi 7 jenis saja. Tiko, sapaan akrab Kartika mencatat, Garuda menjadi salah satu maskapai penerbangan dengan jumlah jenis pesawat paling paling banyak. 

Padahal, jumlah itu justru membuat struktur keuangan perusahaan menjadi tidak efektif, sebab adanya kompleksitas pandaan yang dilakukan manajemen.  

"Airline yang bagus itu punya 3-4 pesawat, nah di garuda mulai dari 777, ada A320, A330, SRJ ada ATR45, ATR75, jadi pesawatnya banyak sekali dan itu membuat kompleksitas dari pengelolaan maintenance sehingga akhirnya cost per seat-nya menjadi mahal," ujar Tiko.

Tak hanya itu, sejumlah rute penerbangan yang dipandang tidak menguntungkan secara bisnis pun akan ditutup. Termasuk, rute-rute penerbangan internasional pun dikurangi secara signifikan dan menyisakan volume kargo yang dinilai masih memadai.

Sebagai gantinya, pemegang saham mengalihkan (refocusing) rute internasional ke domestik. Upaya ini akan dilakukan secara masif.

"Kami juga menutup rute-rute yang rugi ini yang penting. Karena banyak sekali rute yang rugi yang di masa lalu belum ditutupi,' ungkap dia. (RAMA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement