Sedangkan saat ini di Kalimantan Timur sendiri IUP (Izin Usaha Pertambangan) hanya ada dua yang baru mengelola tambah emas dan perak tersebut.
Selain Emas dan Perak juga terdapat bantuan andesit yang menjadi salah satu bahan baku untuk membangun bendungan. Seperti diketahui keberadaan batu Andesit juga menjadi titik konflik dari pembajakan bendungan Bener di Desa Wadas, Jawa Tengah. Antara BUMN Karya dan warga yang mempertahankan tanahnya.
Kekayaan lainnya juga didatangkan dari sektor migas (minyak dan gas). Ketersediaan migas di pulau Borneo dapat dikatakan cukup melimpah. Bahkan presiden Jokowi telah mempunyai proyek untuk mengembangkan hulu migas dikawasan tersebut dengan total nilai proyek USD6,98 miliar.
Mega proyek tersebut yang rencananya bakal beroperasi tahun 2025 adalah proyek gas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD). Proyek IDD yang terletak di Kutai Basin, lepas pantai Kalimantan Timur ini terdiri dari Lapangan Bangka, Gendalo Hub dan Gehem Hub.
Nantinya Bila Gendalo dan Gehem Hub ini beroperasi, maka diperkirakan bisa menghasilkan gas sebanyak 844 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 27.000 barel minyak per hari.
Mengutip data dari SKK Migas, saat ini proyek tersebut masih dalam tahap proses evaluasi persetujuan revisi Rencana Pengembangan (Plan of Development/ POD ) I serta proses evaluasi usulan perpanjangan Blok Rapak dan Blok Ganal.
Sedangkan untuk batu bara sendiri, berdasarkan data dari Badan Geologi tahun 2020 secara keseluruhan Kalimantan sendiri memiliki sumber daya 5,86 miliar ton dan memiliki cadangan 386,63 juta ton. (FHM)