IDXChannel - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan Indonesia tengah menghadapi situasi yang tidak berimbang antara produksi dan serapan gas bumi di beberapa wilayah.
Data Neraca Gas Bumi SKK Migas menunjukkan wilayah Jawa Timur akan surplus gas pada periode 2024-2035.
Untuk 2024, rata-rata ekses produksi gas bumi sekitar 90 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Gas yang tidak dapat terserap ini memengaruhi pencapaian lifting gas bumi nasional.
"Keadaan ini juga berdampak pada pengembangan lapangan-lapangan baru oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Jawa Timur," kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, melalui keterangan tertulis, Rabu (19/6/2024).
Hal ini, juga berakibat pada kesinambungan produksi di masa mendatang, termasuk pencapaian produksi gas bumi sebesar 12 BCFD pada 2030.
Di sisi lain, wilayah Jawa Barat mengalami defisit pasokan gas bumi. Kondisi ini terjadi karena produksi gas di wilayah Jawa Barat maupun area Sumatera Tengah dan Selatan yang memasok untuk pembeli Jawa Barat menunjukan tren penurunan.
"Per tahun 2024, defisit gas bumi di Jawa Barat mencapai 144 MMSCFD," kata dia.
Ekses gas dari Jawa Timur yang tidak dapat mengalir ke Jawa Barat disebabkan belum tersambungnya infrastruktur di kedua wilayah tersebut.
Harus diakui, infrastruktur jaringan gas yang belum terintegrasi menjadi tantangan tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan gas dalam negeri maupun optimalisasi lifting gas bumi.
"Oleh karena itu, rencana pembangunan Pipa Semarang - Cirebon Tahap 2 yang akan dimulai semester II tahun ini dan ditargetkan selesai pada Desember 2025 diharapkan mampu menyelesaikan kendala tersebut," kata dia.
Forum Gas Bumi 2024 yang mengangkat tema "Membangun Sinergi Infrastruktur dan Pasar Gas Bumi Dalam Rangka Optimalisasi Penyerapan Gas Bumi Nasional" di Bandung, pada 19 - 21 Juni 2024, diharapkan menjadi bola salju kolaborasi antara KKKS di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan pembeli gas bumi di Jawa Barat.