Pasalnya, industri pakaian dan alas kaki dalam negeri masih menghadapi hambatan besar, terutama dalam hal harga dan kualitas dibandingkan dengan negara pesaing di kawasan Asia Tenggara.
Di sisi lain, sektor komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO), batu bara, dan karet justru berpotensi diuntungkan. Penurunan tarif akan membuka akses pasar yang lebih besar di Amerika Serikat, memperluas peluang ekspor bagi pelaku industri di sektor ini.
Namun tidak semua sektor mendapat angin segar. Penghapusan tarif terhadap produk pertanian asal AS justru berpotensi menjadi bumerang bagi sektor pertanian lokal.
Produk seperti jagung dan unggas dari AS, yang dijual dengan harga jauh lebih murah, dikhawatirkan membanjiri pasar domestik. Hal ini berisiko menekan harga hasil tani dalam negeri dan mengancam kelangsungan hidup petani kecil, khususnya di daerah pedesaan.
“Tanpa intervensi atau perlindungan dari pemerintah, kita bisa menyaksikan tekanan berat terhadap neraca perdagangan sektor pertanian, bahkan potensi kebangkrutan di kalangan pelaku usaha kecil,” tulis Fithra dalam laporannya Selasa (22/7/2025)