"Sesepi-sepinya ya sekitar 10 sampai 20 pembeli per hari mah masih ada. Omzet kalau lagi sepi mungkin sekitar Rp1 juta sampai Rp2 jutaan. Yah namanya juga usaha, pasti ada pasang surutnya," tukas Titin.
Disrupsi
Terkait pasang surut usaha tersebut, Titin mengakui bahwa upaya menjaga usaha agar tetap berjalan hingga saat ini merupakan tantangan yang tidak mudah. Misalnya saja, saat terjadi krisis moneter 1998 di mana daya beli masyarakat menurun drastis akibat inflasi yang berlipat-lipat.
"Lalu juga pas COVID-19. Tapi yang paling berat itu saat jualan online mulai ngetren. Wah itu jualan turun banget. Turun gila-gilaan. Omzet penjualan turun berlipat-lipat," keluh Titin.
Namun, di tengah tekanan demikian, Titin mengaku tak patah arang dan mencoba untuk terus memutar otak, mencari strategi agar bisnisnya dapat bertahan, dan secara bertahap kembali berkembang sesuai harapan.
Bagi Titin, setiap ada tantangan dalam usaha harus juga dinikmati, seperti halnya kita senang saat roda bisnis sedang berputar kencang.