Sinthya memaparkan, PLN telah merancang strategi pendanaan proyek energi hijau dalam transisi energi di tanah air. PLN menargetkan pengembangan pembangkit 75 persen berbasis energi terbarukan. Untuk mencapai target itu, dibutuhkan pendanaan yang diperkirakan menembus USD100 miliar hingga 2033.
"Untuk memperoleh pembiayaan transisi energi, salah satu yang paling utama menurut perspektif PLN adalah menyiapkan proyek yang tepat. Kami punya ratusan daftar proyek mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi, termasuk juga smart grid," kata Sinthya.
Dia menambahkan, PLN akan mengeksplorasi berbagai opsi pendanaan, baik melalui kerja sama dengan pemberi pinjaman internasional maupun sumber daya lokal untuk memastikan transisi energi berjalan sesuai rencana.
Beberapa mitra institusi keuangan yang memberikan dukungan untuk transisi energi PLN antara lain World Bank, Asian Development Bank (ADB), hingga Just Energy Transition Partnership (JETP).
"Dalam dua tahun terakhir, kami telah mendapatkan sekitar USD2,9 miliar, dan saat ini kami sedang berdiskusi dengan ADB untuk pembiayaan sekitar USD4,8 miliar. Kami juga tengah berbicara dengan beberapa investor lain dan total potensi pendanaan yang sudah kami miliki saat ini sebesar USD46,9 miliar," tutur Sinthya.
(Ahmad Islamy Jamil)