IDXChannel - UOB Indonesia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh menjadi 4,8 persen pada tahun ini. Sementara pada tahun depan diproyeksi mencapai 5 persen.
Proyeksi itu cukup optimistis di tengah ketidakpastian ekonomi global yang tengah berlangsung. Presiden Direktur UOB Indonesia, Hendra Gunawan mengatakan, di tengah berbagai tantangan serta ketidakpastian global, perekonomian Indonesia terbukti resilien melalui sinergi kebijakan makro ekonomi pemerintah yang telah berhasil membawa negara pulih dengan cepat dan berkelanjutan.
"Seiring dengan peran kami sebagai katalis serta menghadirkan peluang, kami berharap dapat mendukung pemerintah, regulator, investor, dan masyarakat dalam membangun masa depan bersama yang berkelanjutan.” ujar Hendra dalam keterangan pers, Jumat (30/9/2022).
Menurutnya, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan yang stabil menuju pemulihan ekonomi yang lebih tangguh setelah PDB berkontraksi sebesar 2 persen selama pandemi tahun 2020. Namun, Indonesia tengah menghadapi risiko-risiko seperti lesunya pertumbuhan global, volatilitas keuangan global, pengetatan kebijakan makroekonomi, serta memanasnya ketegangan geopolitik.
Akan tetapi, pihaknya memprediksi bahwa perekonomian Indonesia akan tetap tangguh pada tahun 2023 didukung konsumsi domestik yang kuat dan kenaikan ekspor komoditas.
Sementara itu, UOB Economist, Enrico Tanuwidjaja mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi masalah paling mendesak yang tengah dihadapi dunia, termasuk Indonesia. Pada saat yang bersamaan, secara global tengah dihadapkan pada tantangan terkait permintaan energi, kelangkaan pangan, serta masalah kesehatan global.
"Negara-negara maju dan berkembang juga terus bekerja sama dalam mengadopsi kebijakan rendah karbon dan ketahanan iklim. Indonesia harus terus mendukung keberlanjutan dan juga mengelola belanja dan investasinya untuk memastikan pemulihan yang tangguh.” jelasnya.
Dia memaparkan, data Asia Development Bank menunjukkan bahwa permintaan energi di Asia akan melonjak dua kali lipat pada tahun 2030. Saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) yang meliputi 67 persen dari bauran pembangkit energi nasional.
Akan tetapi, tren tersebut kemungkinan akan melambat karena pemerintah Indonesia secara resmi telah melarang pengembangan PLTU baru dan memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Enrico menuturkan, penyediaan energi hijau berperan sangat penting karena memiliki korelasi yang sangat positif dengan pertumbuhan. Kebijakan tersebut juga akan mengukuhkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.
“Agar bangkit menjadi lebih kuat, kita perlu bersinergi mengatasi tantangan perubahan iklim dan krisis energi. Kami berharap melalui Presidensi Indonesia pada G20 tahun ini, negara-negara di seluruh dunia akan memanfaatkan kekuatan dan kepiawaian mereka dalam mendorong ekonomi hijau,” ujar Enrico.
Optimisme UOB terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia diungkapkan dalam seminar tahunan UOB Indonesia Economic Outlook yang diadakan di Jakarta. Acara tahun tersebut bertemakan “Emerging Stronger in Unity and Sustainable”.
(FRI)