IDXChannel - Menteri BUMN Erick Thohir menilai kesalahan bisnis penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, menjadi pelajaran berharga bagi seluruh perusahaan pelat merah. Saat ini, emiten GIAA tersebut tengah menanggung beban kerja dan keuangan akibat tingginya utang hingga Rp 70 triliun karena biaya sewa (leasing) pesawat yang di luar batas wajar.
"Khusus Garuda ini memang kesalahan yang kita juga tidak bermaksud apa-apa, tapi memang kita ingin menjadi bagian yang harus kita belajar," ujar Erick dalam sesi wawancara Special Dialogue IDX Channel, dikutip Kamis, (16/9/2021).
Kementerian BUMN sebagai pemegang saham mayoritas pun memiliki sejumlah rencana besar untuk menyelamatkan bisnis Garuda Indonesia. Selain mendapat dukungan untuk merestrukturisasi utang emiten, perubahan model bisnis pun tengah digodok.
Perihal restrukturisasi, Garuda telah mendapatkan persetujuan untuk merestrukturisasi utang dalam jangka panjang. Saat ini, manajemen telah menandatangani perjanjian dengan sejumlah BUMN dengan rata-rata jangka waktunya tiga tahun.
Perjanjian itu disepakati dengan PT Pertamina (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), dan Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI).