Guna mengantisipasi ancaman tersebut, menurut Airlangga, dibutuhkan langkah-langkah konkret yang mengarah pada kebijakan dan aktivitas rendah karbon, guna meminimalisasi dampak perubahan iklim yang terjadi.
"Pendekatan yang lain harus segera diambil. ASEAN perlu segera menyusun strategi untuk memperkiat kapasitas dengan langkah-langkah konkret. Daya saing perdagangan dan kualitas hidup masyarakat bakal menurun jika kita masih menerapkan pendekatan business as usual," ungkap Airlangga.
Menurut Airlangga, transisi menuju masa depan yang berkelanjutan adalah kunci kemakmuran, ketahanan dan bahkan kelangsungan kawasan. Karenanya, agenda dekarbonisasi sudah seharusnya tidak hanya menjadi milik pemerintah, melainkan juga harus menjadi upaya bersama yang turut melibatkan sektor swasta dan masyarakat yang paling terkena dampak perubahan iklim.
“Kita perlu mengarusutamakan agenda keberlanjutan di setiap lini kebijakan kita berdasarkan komitmen pada Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ungkap Airlangga.
Saat ini, Airlangga menjelaskan, ASEAN telah memulai inisiatif tersebut melalui program netralitas karbon yang akan menjadi dasar untuk Visi Hijau ASEAN pasca 2025.