Kondisi ini sangat memengaruhi industri pakaian olahraga, karena banyak merek, termasuk Adidas mengandalkan produksi dari Asia Tenggara. Namun, Adidas tetap berkomitmen menjaga harga tetap kompetitif bagi mitra ritel dan konsumen di AS.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, penjualan Adidas naik di berbagai negara. Penjualan di Eropa naik 14, di China naik 13 persen, dan Amerika Latin 26 persen di Amerika Latin.
Sementara, pertumbuhan penjualan di AS hanya 3 persen akibat Adidas menghentikan produksi sepatu Yeezy.
Adidas memperkirakan penjualan akan tumbuh antara 5-9 persen di 2025. Sementara, laba operasional ditargetkan mencapai 1,7 hingga 1,8 miliar euro.
(Ibnu Hariyanto)