IDXChannel—Philip Morris Internasional (PMI) merupakan salah satu perusahaan tembakau terkemuka di dunia. Perusahaan ini berkantor pusat di Stamford, Connecticut, dan telah terdaftar di New York Stock Exchange.
Kisah PMI berawal pada 1847, ketika seorang penjual tembakau dan pengusaha London, Philip Morris, esq. mulai merekrut ahli penggulung tangan rokok dari Rusia, Turki, dan Mesir.
Kemudian pada 1919, perusahaan mulai diambil alih oleh pemegang saham Amerika dan kantor pusatnya juga dipindahkan ke Amerika Serikat.
Presiden perusahaan Reuben Ellis menyewa biro iklan Milton Biow pada 1930-an, yang menciptakan kampanye iklan radio populer yang menampilkan seorang pelayan, Johnny Roventini dan slogannya “Call for Philip Morris.”
Hingga keberhasilan Philip Morris selama abad ke-20 menciptakan sebuah merek ternama yaitu, Marlboro.
Dilansir pada laman resmi pmi.com (09/01) pada 2016 perusahaan mereka mengumumkan tujuan barunya yaitu guna memberikan masa depan bebas rokok dengan memfokuskan sumber dayanya pada pengembangan, pembuktian ilmiah, dan secara bertanggung jawab mengkomersilkan produk bebas asap yang tidak sebahaya merokok.
Marlboro untuk Perempuan
Dari salah satu brand rokok yang diproduksi Phillip Morris ternyata sejak awal disegmentasikan untuk perempuan, yaitu Marlboro. Marlboro ini merupakan merek sigaret yang paling laris di pasar rokok dunia sejak 1972. Produknya ini sudah terjual lebih dari 290 juta pack di seluruh dunia pada 2018.
Marlboro merupakan produk rokok dari salah satu perusahaan terbesar di dunia yaitu Philip Morris International (PMI). Diantara banyak produk rokok yang mereka hasilkan, produk rokok Marlboro ini yang paling banyak peminatnya.
Di Indonesia sendiri produk-produk milik Philip Morris dipasarkan lewat salah satu perusahaan sigaret terbesar yaitu PT HM Sampoerna. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan akuisisi yang dilakukan Philip Morris pada 2006.
Jenis rokok yang dijual merek Marlboro adalah sigaret putih filter. Awalnya target pasar dari rokok jenis ini adalah para perokok perempuan dengan slogan dan gimmick yang digunakan juga cenderung mendorong para perempuan untuk merokok.
Sampai pada 1950-an terbit sebuah penelitian tentang bahaya merokok, hingga akhirnya PMI pun melakukan branding ulang dengan mempromosikan kalau Sigaret Marlboro untuk para laki-laki. Mereka juga mempromosikan terkait bahaya kanker paru-paru untuk para laki-laki agar mereka mau pindah ke rokok filter yang lebih aman.
Namun hal ini tentunya tidak mudah untuk dilakukan, hal tersebut dianggap kurang maskulin pada masa itu. PMI terus mengupayakan untuk menggambarkan kemaskulinan tersebut dengan cara memasang iklan para aktor dan model pria yang maskulin.
Usaha PMI pun berbuah manis seiring waktu. Dilansir dari tobakonis.com (09/01) sejak 1972 sampai 2019, Marlboro sukses membawa PMI merajai penjualan rokok di dunia. PMI bahkan berhasil menguasai 19% pangsa pasar dunia pada 2018.
Untuk pasar Indonesia, diperkirakan produk mereka masuk pada tahun 80-an. Karena merupakan sigaret putih, tarikan jauh lebih enteng dibandingkan kretek dan hal ini tidak cocok dengan selera masyarakat Indonesia. Harga yang ditawarkan juga tergolong sangat mahal saat itu.
Sampai pada 2006 PMI berhasil menguasai saham PT Sampoerna dari Rajawali Corpora. Produksi dan pengemasan produknya dilakukan di Indonesia, hingga mereka bisa bersaing di pada sigaret Indonesia. (NKK)
Penulis: Mila Pertiwi