Ia dan ustad rekannya akhirnya merencanakan pembukaan cabang kedua di Balikpapan. Pembukaan cabang di kota minyak saat itu bertepatan dengan momentum pandemi Covid-19 yang merajalela. Namun momentum pandemi justru membesarkan Berkah Box.
“Terutama yang merasakan manfaatnya adalah pejuang medis yang menangani pandemi. Satu nasi boks sangat berarti bagi para dokter. Dari situ saya makin yakin, memberi makan itu tidak boleh membeda-bedakan, yang butuh makan bukan cuma dhuafa,” kata Ana.
Orang kaya pun, kata dia, jika terdesak akan memakan apa pun yang disajikan. Seperti para dokter yang ia bantu. Saat varian baru Covid-19 menyebar dan masyarakat masih diharuskan diam di rumah, Berkah Box adalah hal yang paling dicari-cari orang.
Ia di Balikpapan, namun menerima permintaan untuk pengiriman nasi boks dari berbagai kota di Indonesia. Pada masa-masa itu, dapur barunya di Balikpapan menyala 24 jam untuk memenuhi permintaan nasi boks gratis.
Dari keberhasilan Berkah Box, Ana menyadari bahwa setelah pandemi mulai mereda, engagement masyarakat terhadap masjid mulai menurun sekalipun nasi boks selalu tersedia. Padahal ia berharap masjid dapat menarik masyarakat lebih banyak untuk berkegiatan di sana.