sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nyaris Gulung Tikar, Begini Perjalanan Kopi Aroma Bandung Jelang Satu Abad 

Inspirator editor Fitri Rachmawati
11/09/2022 21:46 WIB
Pusat pengolahan dan penjualan kopi tersebut berdiri sejak 1930 dan tetap laris hingga kini.
Nyaris Gulung Tikar, Begini Perjalanan Kopi Aroma Bandung Jelang Satu Abad (Foto: MNC Media)
Nyaris Gulung Tikar, Begini Perjalanan Kopi Aroma Bandung Jelang Satu Abad (Foto: MNC Media)

Kopi jenis mokka arabika, misalnya. Setelah dijemur hingga benar-benar kering, biji kopi arabika dari wilayah Priangan, Jawa, Aceh, Medan, Toraja, Flores dan Timur ini dierami hingga delapan tahun. Pada waktunya, biji-biji kopi tersebut kemudian disangrai menggunakan mesin roasting tua buatan Jerman. “Selain wangi yang khas, rasa asamnya lebih lembut dan rendah kafein,” jelas Widya.

Sementara itu, untuk jenis robusta, biji kopi yang dibeli langsung dari para petani langganannya dierami dulu selama lima tahun. Biji kopi robusta dipilih dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Bengkulu dan Lampung. Proses sangrainya juga dua jam menghasilkan kopi yang lebih unggul di rasa pahit dan memiliki kadar kafein tinggi.  

Mesin-mesin sangrai di pabrik Kopi Aroma dioperasikan dengan kayu bakar yakni kayu pohon karet. Asap dari pembakaran kayu pohon karet ini memberi aroma khas tersendiri terhadap kopi yang dihasilkan.

Almarhum BJ Habibie, ungkap Widya, sangat mengagumi mesin sangrai kopi buatan Jerman yang digunakan sejak awal pabrik ini berdiri. Umur mesin ini lebih dari 90 tahun. Semasa hidup, Presiden ke-3 RI ini sering main ke Pabrik Kopi Aroma. Mesinnya memang sudah tua dan gerakannya pelan. Tapi masih kuat. “Itu yang bikin Pak Habibie kagum,” ungkap Widya.  

Setelah pengeraman dan pemanggangan, proses penggilingan biji kopi pun masih menggunakan mesin lama. Lagi-lagi produksi Jerman. Kopi Aroma menyediakan kopi giling halus (fine grind) untuk diseduh langsung, kopi giling medium, kopi giling kasar maupun biji matang.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement