Benny memilih usaha tempe ini karena sebelumnya ia sudah pernah mengolah tempe dalam projek kuliah. Ia pindah ke Ubud, Bali, dan mengolah tempe disana. Ia mengolah kurang lebih 25 kg kedelai, namun sayang tempe yang ia buat gagal semua.
Sampai ia sendiri meragukan niatnya untuk menjalankan usahanya sebagai pembuat tempe.
Namun, Benny tidak menyerah, dirinya terus belajar sampai ia berhasil, tempe yang berhasil ia jual ke tetangganya yang kebetulan saat itu adalah turis asing. Tempe itu ia jual dengan harga Rp10 ribu.
Tiba-tiba turis asing itu berkata, “Apa kamu tidak buat tempe lain? Kenapa tempenya hanya polos saja?”
Benny merasa ada benarnya, terlebih lagi ia memberi nama produknya IniTempe yang memang seharusnya bisa menghasilkan inovasi baru dalam olahan tempe. Kebetulan Ibu Benny merupakan pembuat kue kering, Benny pun coba membuat kue kering dengan bahan dasar tempe.