IDXChannel - Tahun 2024 menjadi tahunnya emiten sawit. Pada tahun lalu, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO) melesat hingga dua digit imbas pasokan yang berkurang akibat cuaca buruk.
Kenaikan harga CPO tersebut membuat laba emiten-emiten sawit naik tajam meski produksi tandan buah segar (TBS) turun. Emiten yang memiliki kebun dengan profil tanaman berumur prima diuntungkan dengan kondisi ini. Sebaliknya, emiten yang bergerak pada pengolahan CPO tertekan akibat lonjakan harga dan langka pasokan.
Analis Samuel Sekuritas, Farras Farhan memperkirakan, harga CPO masih akan tetap tumbuh pada 2025 meski tak setinggi tahun lalu. Pada tahun ini, harga rata-rata CPO diprediksi naik 7,2 persen menjadi 4.500 ringgit per ton sementara produksi akan tumbuh positif sekitar 3,9 persen.
"Terutama karena berakhirnya El Nino pada Mei 2025. Kondisi ini memberikan prospek yang cerah untuk kinerja (CPO) secara keseluruhan," katanya dalam riset awal tahun ini.
Kinerja industri CPO tahun ini juga akan ditopang oleh kebijakan biodiesel B40. Aturan tersebut mewajibkan pencampuran diesel dengan sawit sebesar 40 persen sehingga berpotensi mendorong konsumsi domestik CPO.