Analis UBS menyebut, mengingat banyak kontrak pengiriman yang cenderung dinegosiasikan antara Desember dan Maret, perusahaan mungkin dapat menetapkan tarif yang lebih tinggi dari perkiraan jika gangguan terus berlanjut.
Sementara, menurut analis Citigroup, mengirim kapal antara Asia dan Eropa di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan alih-alih melalui Suez akan memperpanjang waktu perjalanan hingga dua minggu. Jika semua perdagangan menuju Suez dialihkan, akan terjadi pengurangan efektif pasokan peti kemas sebesar 6 persen setiap tahunnya.
Bisa dibilang, kenaikan saham-saham pelayaran baru-baru ini telah memberikan sedikit angin segar bagi investor setelah satu tahun kinerja sektor ini buruk. Tarif angkutan barang menurun pascapandemi Covid-19 karena lonjakan permintaan barang fisik memudar dan berkurangnya hambatan pasokan terkait Covid. Lonjakan suku bunga global juga merugikan sektor ini. Maersk, misalnya, bulan lalu mengumumkan ribuan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Di sisi lain, analis di Barclays berhati-hati mengenai potensi manfaat dari gangguan di Laut Merah bagi perusahaan terkait, dengan mengatakan mereka tidak memperkirakan jalur melalui Suez akan berhenti sepenuhnya, seperti yang terjadi ketika kapal Ever Give terjebak di sana selama seminggu pada 2021.
“Kami memperkirakan potensi pengalihan rute kapal melalui Afrika Selatan tidak akan menyerap kelebihan pasokan yang saat ini dihadapi industri,” kata analis Barclays. “Kami memandang reaksi pasar terlalu optimis,” lanjutnya.