Selama fase ini, perseroan juga melakukan pendekatan kepada pemerintah agar bisa melakukan ekspor katoda tembaga dan konsentrat secara paralel. Hal ini sangat krusial untuk memastikan arus kas perseroan terjaga.
Direktur Keuangan AMMN, Arief Sidarto menambahkan, kinerja keuangan perseroan pada kuartal I-2025 terdampak dari kondisi awal transisi rencana produksi. Saat ini, perseroan masih fokus menambang di lingkaran luar fase 8.
"Kami telah mengantisipasi produksi tembaga dan emas yang lebih rendah karena pemrosesan stockpiles dan bijih berkadar rendah. Kami tidak mencatat penjualan pada kuartal ini karena katoda tembaga pertama dari smelter baru diproduksi pada akhir Maret," ujarnya.
Produksi tambang AMMN memang merosot di kuartal I. Produksi tembaga turun 62 persen menjadi 37 juta pon, produksi emas turun 81 persen menjadi 32.340 ons, dan produksi konsentrat turun 55 persen menjadi 79.741 metrik ton kering.
Kedua kondisi tersebut -transisi tambang baru dan smelter yang baru beroperasi- memberikan dampak signifikan pada kinerja keuangan AMMN. Perseroan melaporkan EBITDA negatif USD42 juta dan rugi bersih USD138 juta.