"Nah penggunaan PLTU dalam negeri batu baranya itu tidak sebanyak yang diekspor, jadi memang dengan adanya concern beberapa perusahaan mungkin akan memfokuskan lebih kepada PLTU nah sisanya tentu yang akan dapat diekspor," jelas Chris.
Usai ketentuan tersebut berjalan, memang pada awal perdagangan bursa sejumlah saham batu bara kompak terkoreksi. Namun, hari ini beberapa saham berhasil rebound.
"Dengan adanya sisi ini kalau saya melihat penurunan dari harga saham batu bara itu sendiri ya merupakan suatu kesempatan ya karena disisi lain harganya tentu akan meningkat dan at least penjualan batu baranya akan tetap lancar," kata Chris.
Akhir pekan lalu, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menghentikan sementara ekspor batu bara selama sebulan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan pasokan batu bara ke pembangkit listrik, yang pasokannya semakin menipis.
Namun masalahnya, Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar dunia. Pada 2019, Indonesia mengirim 455 juta ton batu bara ke pasar global.