Manager investasi dibayar untuk mengelola dan memastikan bahwa dana kelolaan milik investor menghasilkan performa dan return yang baik. Jika portofolio investasinya tidak mencetak performa bagus, para investor bisa saja memindahkan dananya ke instrumen investasi lain. Window dressing adalah strategi yang digencarkan untuk mencegah hal ini terjadi.
Sementara di kalangan emiten, perusahaan terbuka diharuskan membuat laporan keuangan dengan standar tertentu untuk memenuhi persyaratan keterbukaan informasi. Dalam setiap pencatatan kinerja, selalu ada kemungkinan manajemen dan eksekutif tidak puas dengan hasil kinerja laporan keuangan perusahaannya.
Laporan keuangan yang buruk akan membuat investor dan pemberi dana kehilangan minat untuk berinvestasi. Pemberi modal menggunakan laporan keuangan untuk membuat keputusan sebelum menyalurkan pinjaman, sementara investor menggunakan laporan keuangan untuk mengambil keputusan investasi.
Untuk memperindah laporan keuangannya, ada beberapa metode digunakan emiten, yakni cash window dressing; capitalization window dressing; fixed asset window dressing; dan expenses window dressing.
Cash window dressing dilakukan dengan cara membayar para supplier setelah periode pembukuan laporan keuangan berakhir agar catatan arus kas kelihatan lebih menarik. Expenses window dressing dilakukan dengan mencatatkan invoice supplier di periode pembukuan selanjutnya untuk mengurangi bobot liabilitas dalam neraca.
Pada pasar modal, fenomena ini menggerakkan harga saham sebesar 5-10% dalam satu hari perdagangan. Selain itu, window dressing juga kerap terjadi pada saham-saham penggerak utama IHSG.
Demikianlah ulasan singkat tentang window dressing, strategi pencitraan di dunia pasar modal. (NKK)