Melansir Bloomberg, selain Arab Saudi, Rusia juga berniat mengurangi ekspor minyaknya. Tindakan ini telah berkontribusi pada kenaikan harga minyak selama enam minggu berturut-turut.
Hal tersebut menandai kenaikan beruntun terpanjang dalam lebih dari setahun, menusul perpanjangan pemangkasan minyak oleh OPEC+ dan menurunnya stok minyak di Amerika Serikat (AS).
Adapun Arab Saudi telah mengurangi produksi minyaknya ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir untuk mendukung pasar dan melawan penurunan harga minyak mentah tahun ini.
Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman saat ini sedang meninjau pemotongan sukarela setiap bulan, menciptakan ketidakpastian tentang tingkat pasokan di masa depan.
Sementara prospek ekonomi global pun tetap tidak pasti, karena lesunya data di China dan kekhawatiran tentang potensi resesi di AS. Selain itu, menurut Bloomberg Economics, Saudi kemungkinan membutuhkan minyak mencapai harga USD100 per barel untuk menutupi pengeluaran pemerintah.