Arab Saudi dan Rusia masih menyatakan berada di pihak yang berseberangan dalam menghadapi kenaikan harga minyak mentah dunia. Kedua belah pihak masing-masing memberikan pernyataan yang saling bertentangan menjelang pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) Plus.
Meski pertemuan baru akan berlangsung awal Maret mendatang, Arab Saudi dan Rusia saling berpegang teguh terhadap pandangannya masing-masing. Di mana Arab Saudi meminta negara-negara anggota untuk tetap waspada terhadap kenaikan yang terjadi selama satu tahun terakhir.
Pemerintahan di Riyadh sendiri memberi sinyal di mana mereka memilih untuk membatasi produksi guna menjaga agar harga mintak tetap stabil. Sebaliknya, pihak Moskow ingin produksi tetap berlangsung sehingga suplai akan terus meningkat.
Dibandingkan Rusia, kali ini Arab Saudi memiliki kartu truf agar keinginannya dapat dipenuhi, di mana mereka bisa mengurangi hingga 1 juta barrel dalam sehari. Ini akan menjadi kartu kunci Saudi, meski kemungkinan itu bisa dikesampingkan apabila negosiasi berjalan dengan lancar.
"Pertanyaan kunci saat ini adalah bagaimana mereka mengembalikan barrel dari Saudi,: kata direktur Firma Riset Enverus, Bill Farren-Price. Pihak kerajaan kemungkinan akan menjadikan hal itu sebgai 'sebagai pegangan untuk mendapatkan persetujuan."