sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Arab Saudi & Rusia "Ribut" Soal Harga Minyak Jelang OPEC Plus 

Market news editor Yulistyo Pratomo
21/02/2021 16:45 WIB
Arab Saudi dan Rusia masih menyatakan berada di pihak yang berseberangan dalam menghadapi kenaikan harga minyak mentah dunia.
Arab Saudi & Rusia
Arab Saudi & Rusia "Ribut" Soal Harga Minyak Jelang OPEC Plus. (Foto: MNC Media)

Arab Saudi dan Rusia masih menyatakan berada di pihak yang berseberangan dalam menghadapi kenaikan harga minyak mentah dunia. Kedua belah pihak masing-masing memberikan pernyataan yang saling bertentangan menjelang pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) Plus.

Meski pertemuan baru akan berlangsung awal Maret mendatang, Arab Saudi dan Rusia saling berpegang teguh terhadap pandangannya masing-masing. Di mana Arab Saudi meminta negara-negara anggota untuk tetap waspada terhadap kenaikan yang terjadi selama satu tahun terakhir.

Pemerintahan di Riyadh sendiri memberi sinyal di mana mereka memilih untuk membatasi produksi guna menjaga agar harga mintak tetap stabil. Sebaliknya, pihak Moskow ingin produksi tetap berlangsung sehingga suplai akan terus meningkat.

Dibandingkan Rusia, kali ini Arab Saudi memiliki kartu truf agar keinginannya dapat dipenuhi, di mana mereka bisa mengurangi hingga 1 juta barrel dalam sehari. Ini akan menjadi kartu kunci Saudi, meski kemungkinan itu bisa dikesampingkan apabila negosiasi berjalan dengan lancar.

"Pertanyaan kunci saat ini adalah bagaimana mereka mengembalikan barrel dari Saudi,: kata direktur Firma Riset Enverus, Bill Farren-Price. Pihak kerajaan kemungkinan akan menjadikan hal itu sebgai 'sebagai pegangan untuk mendapatkan persetujuan."

Dalam 10 bulan terakhir, sektor minyak mentah juga mengalami pukulan akibat pandemi Covid-19, OPEC dan negara-negara mitranya masih mengantongi 7 juta barel per hari dari pasar, sekitar 7 persen dari suplai global.

Hal itu merupakan sebuah pengorbanan, di mana dua anggotanya, Nigeria dan Irak sedang mengalami kesulitan ekonomi ketika ekspor minyak menurun drastis. Namun, dengan kenaikan harga di atas Rp915 ribu per baerl di London telah menopang pendapatan bagi produsen.

Dalam pertemuan yang akan dilakukan pada 4 Maret nanti, pokok bahasan adalah menambah jumlah pasokan minyak mentah ke pasar pada April mendatang. Ada dua keputusan penting yang akan diputuskan.

Pertama, kelompok pertama akan memilih apakah akan memulihkan 5000 ribu barel per hari, kemudian membangkitkan produksi secara bertahap sesuai kesepakatan pada Desember lalu, namun berhenti sementara.

Kedua, Arab Saudi harus menentukan nasib dari pemotongan sukarela ekstra 1 juta barel per hari yang dibuatnya bulan ini dan selanjutnya untuk membantu membersihkan persediaan surplus dengan lebih cepat.

"Beberapa pelonggaran pembatasan produksi kemungkinan terjadi pada pertemuan Maret," kata presiden konsultan Rapidan Energy Group, Bob McNally. “Tawar-menawar yang sebenarnya belum dimulai dan belum ada keputusan yang dibuat sebelumnya.”

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, pada 14 Februari, mengatakan ingin membuat "pasar seimbang." Meskipun belum secara terbuka menyatakan preferensi kebijakan untuk diskusi 4 Maret nanti, Novak berpendapat pada dua pertemuan OPEC + terakhir dilakukan untuk memutuskan peningkatan produksi.

Akan tetapi, mitra Novak dari Saudi tetap berpegang teguh pada posisi yang sudah dibuat. Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, memperingatkan sesama produsen agar tidak berpuas diri. Dia mengajak para produsen lain untuk mengingat "luka" dari krisis tahun lalu dan harus "sangat berhati-hati" dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

“Pertandingan sepak bola masih dimainkan, dan masih terlalu dini untuk mengumumkan kemenangan melawan virus,” kata pangeran. Wasit belum meniup peluit akhir. (TYO)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement